Jumat, 12 November 2010

SI ACHONG

>> Ini sebuah kisah yang sangat menarik dan menyentuh.
>>>>> Begini ceritanya.
> Ada seorang laki – laki setengah baya, kurang lebih usianya 50 tahun. Ia bernama Achong. Ia seorang laki – laki miskin tetapi jujur dan tekun. Karena kejujuran dan ketekunan itu, ia diangkat oleh seorang pemilik toko material di daerah Glodok – Pinangsia, menjadi penanggung jawab penuh atas toko itu. Sedemikian sibuknya toko itu melayani pembeli, sampai – sampai makan saja selalu tidak teratur. Bahkan tidak jarang ia makan sambil melayani pembeli. Tapi ditengah kesibukannya, setiap jam 12 siang ia sempatkan diri berlari ke sebuah gereja. Dan ini dilakukan setiap hari, sudah tiga setengah tahun lamanya.
> Sampai pada suatu hari seorang Pastur memperhatikan perbuatan Achong ini di gerejanya. Dia menjadi curiga, karena Achong datang hanya berdiri di pintu gereja sambil membuat tanda salib lalu pergi lagi dan selalu itu yang dilakukan. Karena si Pastur penasaran, akhirnya pada satu kesempatan ia bertanya juga pada si Achong. “ Maaf cek ( panggilan untuk lelaki tua Tiong Hoa ) , mengapa en cek setiap hari jam 12 selalu ke sini hanya untuk berdiri saja dan membuat tanda salib di depan pintu ini dan lalu pergi?? Achong menjawab “ Owe olang sibuk, waktu owe dikit, tapi owe senang sekali dapat melakukan ini semua. “ Pastur dengan sedikit tercengang bertanya kembali, “ Emangnya apa yang en cek lakukan saat en cek berada di depan pintu?? “ Saya hanya mengatakan, Tuhan Yesus ini owe Achong. . . .” jawabnya. “ Oh. …” hanya itu yang terlontar dari mulut Pastur, dan Achong pun pergi kembali ke tokonya.
> Pada suatu hari karena kesibukannya dan makan selalu tidak teratur, Si Achong sakit parah. Cukup komplikasi dan dilarikan ke rumah sakit. Achong bukan seorang yang kaya, maka dari itu ia ditempatkan di kamar kelas 3, dimana satu kamar terdiri dari 10 orang pasien. Semenjak ada Achong, kamar itu menjadi ceria dan penuh canda tawa. Tak terasa tiga bulan lamanya Achong dirawat, sampai akhirnya Achong diperbolehkan pulang karena telah sembuh. Tetapi teman – teman satu kamarnya menjadi sedih. Karena selama ada Achong, semua pasien dihiburnya. Achong setiap pagi selalu menghampiri satu persatu pasiennya dan menanyakan keadaannya. Tapi sekarang Achong harus pulang dan kamar itu kembali sunyi.
> Akhirnya salah satu pasien mencoba bertanya kepada Achong. “ Cek Achong mengapa sih en cek begitu gembira dan selalu gembira, padahal penyakit en cek kan cukup serius??”. Jawab Achong, “ Gimana owe tidak senang, kalo setiap hali yam lua welas ada seolang laki belambut gondrong memegang ngai punya kaki, sambil berkata : Achong ini saya, Yesus. “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar