Selasa, 15 Februari 2011

Pendekar Awan Dan Angin

Uhuk..uhuk…..
Aku terbatuk-batuk oleh debu yang mengembang di hadapanku
Debu yang berasal dari hentakan sepatu – sepatu yang berderap

Mataku mencoba terfokus…
Punggung – punggung yang berlari menjauh
Dan tampak semakin jauh

Sayup- sayup terdengar teriakan mereka yang penuh semangat
Semangat untuk terus berlari sampai akhir
Tapi untuk setiap langkah kaki dan sorakan semangat, hatiku terasa semakin berat
Tatkala aku menyadari kalau jarak antara diriku dan mereka semakin melebar
Saat aku menyadari diriku tertinggal semakin jauh di belakang mereka

Aku berdiri seorang diri
Kesedihan merayapi hatiku saat aku sadar
Sadar bahwa teman-temanku bergerak jauh lebih cepat dan maju daripadaku
Sadar bahwa aku tertinggal di belakang

Plokk…
Ada tangan yang menepuk lembut bahuku
Saat aku berbalik, Dia ada disana
Pelatih Utama kami berdiri dengan setengah tersenyum

“ Kenapa kau tidak berlatih?” , tanyanya
Jlebbb…pertanyaan itu menusuk diriku dan kesedihan mengalir keluar
“ Pelatih Utama menegur diriku….”
“ Pelatih Utama menyalahkan diriku yan tertinggal jauh….”
“ Pelatih Utama merasa diriku mempermalukan timnya…..”
“ Pelatih Utama……”

“ Matras sudah disiapkan dan ketinggian tongkat sudah dinaikkan”, katanya lagi
Hehhh????
Matras? Ketinggian tongkat? Apa yang dibicarakanNYA?
Aku mendongak dan melihatNYA masih setengah tersenyum

Terheran – heran aku bertanya, “ Untuk apa? “
“ Tentu saja untuk dirimu berlatih lompat tinggi”
Lompat tinggi?
“ Tapi pelatih, bukankah seharusnya aku berlari mengejar para pelari itu ke arah yang sama?”
“ Untuk apa? Kau dilatih untuk menjadi seorang pelompat tinggi, kau tidak perlu berlari ke arah yang sama dengan mereka”

“ Kau dan mereka dilatih dan dipersiapkan untuk tujuan yang berbeda”
“ Mereka dilatih untuk berlari secepat dan sejauh mungkin, mereka dipersiapkan untuk mengejar sang angin”
“ Tapi kau, kau dilatih untuk melompat setinggi mungkin, kau dipersiapkan untuk meraih dan menyentuh sang awan”
“ Berlatihlah sesuai dengan bidang yang telah disiapkan untukmu. Berlari sampai akhir, bertanding sampai menang!”


Karena setiap dari kita dipilih dan diperlengkapi untuk tujuan yang berbeda. Mungkin teman-teman kita dipanggil untuk pelayanan yang berbeda, mungkin sebagian terlihat lebih maju dan berkilau, mungkin kita merasa pelayanan kita tertinggal dibandingkan dengan yang lain. Tapi entah seseorang menjadi pembicara yang pergi ke bangsa-bangsa atau berdoa dibalik pintu tertutup, kita semua bertanding untuk menang!

HELL

Jangan suka mengambil barang milik orang lain, nanti kalau mati masuk neraka tangannya dipotong- potong pakai gergaji…..Jangan suka berbohong nanti di neraka lidahnya dijepit pakai tang panas….Jangan suka jahat ke orang lain nanti bisa disiksa habis – habisan di neraka lapis ke sembilan.

Terkesan familiar? Ada yang pernah mendengar peringatan – peringatan di atas? Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar peringatan – peringatan semacam itu dari orangtua atau kakek nenek kita saat kita melakukan kenakalan. Biasanya saat seseorang membicarakan hukuman untuk sustu kejahatan pastilah berupa siksaaan di neraka.

Dalam film – film atau buku, neraka seringkali digambarkan sebagai tempat yang dipenuhi dengan api yang berkobar – kobar dan setan – setan yang berpesta pora menyiksa setiap manusia yang masuk ke dalamnya (..ingat film Constantine? ). Gambaran yang tertanam di dalam otak kita mengenai neraka dari kecil sampai dewasa tidak lebih dari siksaan kejam yang dilakukan terus menerus dan beratnya disesuaikan dengan kejahatan orang itu semasa hidup.

Di antara orang Kristen sendiri gambaran mengenai neraka ini seringkali tidak berbeda jauh. Sangat sedikit buku – buku yang menjelaskan mengenai neraka. Coba saja pergi ke toko buku rohani terdekat dan cari buku mengenai neraka, paling – paling hanya ada 1 – 2 buku saja. Tentu saja, lebih menyenangkan membicarakan jalan – jalan emas dan orang – orang yang saling mengasihi di surga daripada membicarakan tempat siksaan kekal yang penuh dengan ratapan dan kertak gigi. Tapi, Alkitab sendiri tidak memberikan gambaran yang rinci mengenai neraka. Alkitab menjelaskan neraka sebagai tempat api yang kekal yang disediakan untuk Iblis dan malaikat – malaikatnya ( Matius 25:41 ).

Suka tidak suka, gambaran neraka sebagai tempat penyiksaan manusia berdosa ini seringkali menjadi halangan bagi sebagian orang untuk mengerti kasih Tuhan. “ Kalau Tuhan itu memang penuh kasih, mengapa dia menciptakan neraka? Mengapa Tuhan menyiksa manusia dengan kejam dan tidak mau mengampuni mereka? Apakah Tuhan itu Tuhan yang kejam dan pendendam yang melampiaskan kemarahannya pada orang berdosa dengan menyiksa mereka di neraka?

Hal yang sepertinya kontradiktif ini membuat sebagian orang berpikir bahwa neraka itu hanya pengajaran manusia dan sebetulnya tidak ada. Ketika orang berdosa meninggal mereka tidak masuk neraka melainkan menghilang begitu saja dari dunia ini sementara orang – orang yang sudah diselamatkan masuk ke surga. Masalahnya adalah ayat di atas jelas – jelas menyatakan bahwa orang – orang terkutuk akan dimasukkan ke dalam api yang kekal, dengan kata lain neraka itu betul – betul ada dan nyata.

“Oke..sekarang kita anggap saja neraka itu nyata, lalu seperti apakah neraka itu dan mengapa Allah yang penuh kasih menciptakan tempat yang mengerikan ini?”

Matius 25:31 – 46 berbicara mengenai penghakiman terakhir dan ayat 41 menyatakan bahwa Allah menyediakan api yang kekal untuk Iblis dan malikat – malaikatnya. Neraka diciptakan bukan untuk menyiksa manusia melainkan tempat untuk Iblis. Kerinduan Allah adalah mengumpulkan semua manusia kepadaNYA, kerinduan yang begitu besarnya sampai – sampai Yesus rela disalib. Tuhan bukanlah seorang pendendam yang menginginkan seseorang yang berbuat jahat semasa hidupnya membayar semua dosa – dosanya di neraka. Tuhan tidak tersenyum puas ketika seseorang masuk neraka dan berkata,” Syukurin, waktu masih hidup kamu jahat, sekarang nikmati saja balasan dosa – dosa kamu!”. Orang – orang berdosa yang masuk neraka bukanlah musuh- musuhNYA melainkan anak – anakNYA sendiri. Bagaimana perasaan kita jika melihat orang yang kita kasihi masuk neraka?Tentu saja tidak tersenyum puas!

Saat satu jiwa terbuang ke neraka, perasaan Allah bagaikan seorang ayah yang mendengar anaknya divonis penjara seumur hidup di pulau yang jauh tanpa ada kesempatan untuk bertemu lagi. Bukan Allah yang menginginkan kita masuk neraka melainkan kitalah yang memilih untuk masuk neraka dengan tidak menerima penebusan dosa dari Yesus. Allah menyediakan surga yang dibangun dengan tangan dan kreativitasnya sendiri untuk menghabiskan keabadian dengan semua orang yang dikasihiNYA, tetapi orang berdosa memilih neraka daripada surga.

“Kalau begitu kenapa Tuhan tidak mengampuni saja semua orang – orang berdosa dan hanya memasukkan Iblis ke dalam neraka? Bagaimanapun mereka hanya digoda Iblis jadi dosa mereka tidak berat – berat amat.”

Di terminal bus Leuwipanjang ( terminal bus di Bandung) ada bus yang berangkat ke Jakarta dan ada bus yang berangkat ke Garut. Calo dari masing – masing bus berteriak – teriak Jakarta…Jakarta dan Garut…Garut. Saya sebenarnya ingin pergi ke Garut tapi saya memutuskan naik bus yang berangkat ke Jakarta karena busnya lebih bagus dan ber-AC. Begitu sampai di Jakarta saya marah karena saya salah tujuan. Apakh pantas kalau saya menyalahkan kondektur bus Garut karena saya salah tujuan? Lho..yang memutuskan untuk naik bus ke Jakarta dan bukannya ke Garut kan saya sendiri.
( Catatan : Jakarta tidak berarti neraka dan Garut tidak berarti surga. Hanya saja penulis berasal dari Garut dan rasa kedaerahannhya tinggi jadi ketika menulis perumpamaan tentu saja penulis memilih Garut sebagai perumpamaan surga. Pembaca Jakarta jangan tersinggung, ya. )

“Hmmm..tapi kalau Tuhan memang menyayangi kita kenapa dia tidak menyeret saya ke bus Garut,eh..maksudnya surga? Kalau saya menyayangi seseorang pasti saya akan memaksanya kembali kalau saya tahu dia mengambil arah yang salah.”

Memang bisa saja Tuhan lakukan itu, tapi justru dia sangat mengasihi kta sehingga dia membiarkan kita memilih. Kasih yang dipaksakan bukanlah kasih yang sejati. Jika Yesus memaksa kita untuk mengikutinya sebenarnya Yesus membuat kita menjadi tidak lebih dari robot yang hanya menjalankan apa yang tuannya inginkan. Mudah saja bagi Tuhan untuk membuat kita mengikuti NYA, cukup dengan memperdengarkan suara batukNYA ke bumi pasti semua orang bertobat. Tapi itu akan membuat kita bertobat karena rasa takut kepadaNYA dan bukan karena kita mengasihiNYA. Bagaimana rasanya jika ada orang yang mau berpacaran dengan kita karena dia takut pada kita dan bukannya karena cinta?

Bapa dari anak yang hilang tidak menghalangi kepergian anaknya, tetapi dia terus berdoa dan menunggu anaknya pulang. Ketika anaknya memilih untuk pulang daripada menjadi penjaga babi, sang ayah begitu gembira sampai – sampai dia tidak mencium bau babi dari tubuh anaknya.

“Kalau begitu kenapa mereka harus masuk neraka? Bisa saja Tuhan membuat mereka lenyap atau mebiarkan roh mereka bergentayangan dan bereinkarnasi sampai mereka menjadi baik.”

Ibrani 9:27 menyatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya sekali saja dan sesudah itu ia dihakimi. Jangan lupa bahwa selain penuh kasih, Allah kita juga hakim yang adil. Selama kita masih hidup di dunia dengan kasihNYA Allah terus memanggil kita untuk kembali kepadaNYA tapi pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkan pilihan kita pada hari kematian kita. Tidak ada jalan tengah, pada hari penghakiman semua orang akan terbagi 2. Orang – orang yang memilih Yesus akan bersama – sama dengan Dia dan yang memilih Iblis tentu saja akan bersama Iblis. Allah yang penuh kasih bukan berarti lembek, Ia Allah yang tegas yang menuntut kita bertanggung jawab atas pilihan kita.

“Apakah neraka memang seperti yang digambarkan di film dan buku sebagai tempat siksaan? Apakah Allah menghukum manusia berdosa dengan siksaan kejam yang terus menerus?”

Yang paling menakutkan dari neraka bukanlah siksaan – siksaan seperti yang kita baca di buku. Yang paling menyedihkan dari neraka adalah keterpisahannya dari Allah dan kekekalannya. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah ada bangsa yang ateis. Setiap suku dan bangsa di dunia ini pasti mempunyai tuhan atau dewa yang mereka sembah. Diakui atau tidak, semua orang membutuhkan Tuhan. Setiap dari kita membutuhkan suatu pribadi yang bisa kita sembah dan memberikan rasa aman bagi kita. Sebagian dari kita menyadari kebutuhan di masa kesusahan dan sebagian lagi menyadarinya di masa sukses dimana tidak ada lagi yang bisa memuaskan dirinya. Sebagian dari kita menyadarinya di masa muda tapi semua orang pasti menyadari kebutuhan ini di detik terakhir kematian.

Kita diciptakan untuk bersekutu dengan Tuhan dan tidak ada yang bisa menggantikan hal itu. Ketika seseorang masuk neraka ia menjadi terpisah dari Tuhan dan kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan ini tidak akan pernah terpuaskan. Pernah jatuh cinta? Pernah merasakan bagaimana sengsaranya saat pujaan hati berada jauh dari kita? Pernah patah hati? Kalau begitu pasti tahu bagaimana rasanya menyadari bahwa kita tidak akan bisa bersama dengan orang yang kita cintai untuk selamanya. Siksaan hanya menyakiti fisik tapi yang paling menyedihkan dari neraka adalah kerinduan akan Tuhan yang tidak akan pernah terpenuhi.

Saat ini sulit bagi kita untuk mengerti bagaimana rasanya patah hati karena Tuhan karena walaupun tidak terlihat Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Saat kita mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan Tuhan saat itu semuanya sudah terlambat karena hanya di neraka lah seseorang benar – benar ditinggalkan Tuhan.

Hal kedua dari neraka yang paling menakutkan adalah kata kekekalan. Bukan hanya 1 bulan…10 tahun…1000 tahun bahkan sejuta tahun melainkan selamanya kita tidak akan pernah meninggalkan neraka. Tidak ada reinkarnasi dan tidak ada kesempatan kedua. Matius 25:46 dengan jelas menyatakan mereka akan masuk tempat siksaan yang kekal. Ayat di atas tidak menyatakan mereka akan masuk neraka selama 10 juta tahun melainkan untuk selamanya.

Selama kita masih hidup selalu ada kesempatan untuk bertobat tetapi sesudah napas putus tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Tidak ada lagi harapan untuk diampuni dan dipersatukan kembali dengan Tuhan. Orang Yunani mempunyai legenda mengenai seorang manusia yang dihukum para dewa di neraka untuk mendorong batu besar ke puncak bukit. Tetapi setiap batu itu akan sampai ke puncak bukit, batu itu selalu menggelinding turun kembali ke kaki bukit dan orang tersebut harus mengulangi kembali pekerjaanya dari awal lagi. Hal ini terus menerus dilakukan berulang – ulang selama ribuan tahun sampai selamanya. Kesia – siaan, menipu diri akan adanya harapan padahal sebenarnya tidak pernah ada harapan merupakan hukuman terberat di neraka bagi orang Yunani.

Sulit membayangkan kekekalan dan terlebih sulit lagi menerima artinya. Sulit membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa ada harapan sama sekali. Selama masih ada harapan seseorang bisa terus hidup. Tetapi jika harapan itu hilang, apa lagi yang tertinggal? Tidak ada!

Mengenai masalah siksaan di neraka,yah…bagaimana lagi, mereka kan tinggal bersama – sama dengan Iblis. Tentu saja kita tidak bisa mengharapkan Iblis dengan gembira menyambut mereka dan beramah tamah dengan mengeluarkan kue kering, brownies kukus dan es jeruk untuk menjamu orang – orang yang memilih neraka. Sebaliknya, segala macam siksaan dan kekejian yang pernah terpikir maupun yang tidak pernah terpikirkan di dunia ini akan menimpa mereka. Tetapi sekali lagi, siksaan hanya menyakiti fisik twetapi keterpisahan dan kehilangan harapan bersama dengan Tuhan untuk selama – lamanya jauh lebih menakutkan dari rasa sakit fisik.

“Phewww..mengerikan sekali. Kalau begitu bagaimana supaya kita bisa terhindar dari neraka?”

Dalam Yohanes 14:6 Yesus menyatakan bahwa Dialah jalan kebenaran dan hidup dan tidak ada seorangpun yang dating kepada Bapa kalau tidak melalui Dia. Satu – satunya jalan supaya kita tidak menginap di rumah Iblis tentu saja dengan memilih menginap ke rumah Yesus. Pilihannya hanya ada 2, selain Yesus tidak ada pilihan yang lain selain Iblis. Tentu saja ada banyak jalan lain dengan dewanya masing – masing yang juga menjanjikan surga kepada orang – orang yang mengikuti jalan mereka tetapi keselamatan hanya bisa ditemukan dalam karya penebusan dosa Yesus di kayu salib.

Yesus sendiri yang turun ke neraka menggantikan kita. Yesus pernah merasakan bagaimana rasanya putus hubungan dengan Bapa. Pada akhir hidupnya Yesus berteriak di kayu salib,’ Bapaku,Bapaku..mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Teriakan ini bukanlah teriakan seseorang yang kecewa kepada Bapanya melainkan karena Yesus tahu bahwa sebentar lagi ia akan terpisah dari Bapa. Selama Yesus disiksa, Ia tidak mengeluh sedikitpun tetapi ketika ia mengetahui bahwa sebentar lagi ia terputus dari Bapa Yesus pun berteriak di kayu salib.

Surga menjadi surga karena ada Allah di sana dan neraka menjadi neraka karena tidak ada Allah di sana. Surga menjadi tempat yang luar biasa indah karena ada Allah di sana. Neraka menjadi tempat yang tidak tertahankan karena tidak ada Allah di sana.

Keledai Mengejar Wortel...????

Ada yang suka baca Donal? Bukan…bukan selebaran paket diskon burger tapi Donal Bebek dan 3 keponakannya. Pertama kali saya baca Donal waktu kelas 1 SD, waktu itu harganya masih 750 perak per majalah. Sekarang sih udah ga baca lagi soalnya majalah Donal yang sekarang udah ga serame dulu jadi males mau beli juga.

Apa tulisan saya sekarang bakalan ngebahas Donal? Ngga…saya cuma ngomongin Donal soalnya ada satu cerita di Donal yang pengen saya ceritain. Ceritanya Donal punya 1 keledai yang pemalas dan ga mau kerja. Biarpun dimarahin dan dipaksa, tetep aja keledai ini ga mau jalan. Pokonya keras kepala banget keledai ini sampe Donal putus asa. Untungnya keponakannya, yang selalu lebih pinter dari si Donal ini, punya ide. Mereka gantung wortel di ujung pancingan kemudian wortel ini diayun-ayunkan di depan si keledai. Keledai ini yang ngeliat wortel di depan mata tentu saja jadi pengen makan dan berusaha maju ngambil wortel itu dan akhirnya mau jalan. Tentu saja karena wortel itu digantung di tongkat pancingan, mau jalan sejauh apapun tetep aja mulut keledai itu ga akan pernah bisa ngegigit wortel yang berayun-ayun di depan matanya.

Pertanyaannya, apakah keledai itu sekarang jadi keledai baik-baik? Apakah keledai itu layak dipuji sebagai keledai yang rajin dan kalau perlu dijadikan teladan bagi para keledai lain? Apakah keledai ini berhak mendapat sebutan Keledai Of The Year dan muncul di majalah Time sebagai salah satu Keledai Berpengaruh Abad 21? Atau muncul di acara Oprah sebagai Keledai Yang Peduli Kekeledaian?

Tentu saja keledai ini memang terlihat sangat rajin dan patuh, disuruh jalan ya jalan, disuruh belok ya belok. Masalahnya, keledai ini berjalan karena ada wortel yang berayun di depan matanya. Selama wortel itu masih berayun di depan matanya, bagaimana kita tahu kalo keledai ini bekerja karena memang dia keledai yang baik dan bukannya bekerja karena ingin makan wortel? Tentu saja keledai ini bisa bertapa,ikut seminar pengendalian diri ataupun menyangkal keberadaan wortel tapi selama wortel itu masih tergantung di depan mata, bisakah kita 100% mengatakan kalau keledai ini memang keledai yang tulus bekerja dengan rajin?

Ketika seekor keledai berjalan karena menginginkan wortel, tentu saja ini hal yang wajar, tetapi itu tidak menjadikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang spesial dan itu tidak menjadikan dirinya sebagai Keledai Terajin. Kenapa? Karena pekerjaan yang dilakukannya tidak dilakukan karena dirinya rajin tetapi karena dia melakukannya untuk dirinya sendiri, untuk makan malamnya.

Selama kita masih mengejar surga, selama surga itu terus berada di luar jangkauan kita dan berayun-ayun di depan mata kita, perbuatan baik apapun yang kita lakukan ga akan pernah ada artinya. Inilah penyebab utama kenapa kita tidak bisa memperoleh surga lewat perbuatan baik, karena perbuatan baik apapun yang kita lakukan untuk memperoleh surga pada akhirnya menjadi dosa baru yaitu keegoisan. Ketika seseorang menolong orang lain untuk kepentingannya sendiri, apakah para malaikat bersorak dan Tuhan tersenyum?

Tentu saja kita bisa melatih diri kita dan berusaha tidak egois, masalahnya selama surga itu masih berayun-ayun di depan mata kita, bisakah kita dengan yakin mengatakan kalau kita berjalan sepenuhnya karena kita tulus dan bukannya karena menginginkan surga? Mustahil, selama wortel itu masih bergantung di depan mata, tak ada seorangpun dari kita yang akan bisa yakin kalau motivasi kita untuk berbuat baik sedikit pun bukan karena wortel.

Dan Tuhan tahu itu, sudah terlalu banyak manusia yang datang kepadaNYA dan sambil berlutut, mereka mengeluarkan cincin berlian dan berkata,” Menikahlah denganku. Aku akan memberikan cincin kawin ini untukMU tapi sebagai gantinya Kau harus mengurus rumahku,membersihkan,memasak dan mencucikan bajuku. Terimalah lamaranku…”. Pada dasarnya, yang manusia tawarkan pada Tuhan bukanlah kasih melainkan proses perekrutan pembantu dan negosiasi harga supaya rumah kita tetap bersih,sehat dan aman. Tidak heran Tuhan berkata kalau semua perbuatan kita yang terbaik hanya berupa kain kotor di mataNYA.

Kembali kepada keledai tadi, sekarang pemiliknya udah ganti, bukan Donal lagi tapi Yesus. Dan apa yang Yesus lakukan? Dia mengambil wortel di ujung pancingan dan memberikannya pada keledai tadi. Astaga, bodo banget??? Kalo gitu kan keledainya ga akan mau jalan lagi kalo udah ga ada wortel di depan mata. Bahkan bukan cuma ga mau jalan tapi mungkin malah hidup seenaknya. Mungkin keledai tadi malah sibuk ngejar-ngejar keledai betina dan bukannya kerja. Atau malah beli obat yang engga-engga dari keledai berjaket kulit,berkacamata hitam dan bertato di belokan jalan ( catatan: tidak berarti semua keledai berjaket kulit,berkacamata hitam dan bertato pengedar…) .

Tentu saja Tuhan tahu itu, ketika dia memberikan surga dengan syarat yang amat sangat super duper kebangetan gampang sekali yaitu cukup mengakui Dia sebagai Tuhan, tentu saja Tuhan tahu resikonya. Tapi yang Dia inginkan adalah manusia yang datang kepadaNYA karena mengasihiNYA dan bukan manusia yang datang dengan membawa formulir perjanjian pembantu.

Dan ketika wortel itu Tuhan hilangkan dari hadapan mata kita, sekarang kita bisa melihat dengan jelas. Kita bisa memutuskan apakah kita ingin mengikut Tuhan karena kita ingin mengikut Dia atau karena wortel di sakuNYA.Apakah kita keledai baik-baik ataukah keledai oportunis. Keputusan Tuhan untuk memberikan keselamatan di tangan kita dengan gratis membuka pintu bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Untuk menjadi seperti Tuhan yang melakukan segala sesuatu karena kasih dan bukan karena keegoisan. Untuk memberikan cincin pertunangan berlian dan bukannya formulir perjanjian. Dan untuk mengatakan “Aku mengasihi Tuhan” tanpa harus menggigit lidah sendiri.

Mungkinkah kita sepenuhnya menjadi manusia yang tidak egois? Ga mungkin juga, sampai kita mati pun kita ga akan pernah mempunyai hati yang bener-bener murni. Apapun perbutan baik yang kita lakukan, sedikit banyak pasti akan selalu disertai keinginan –keinginan lain. Mungkin kita tidak lagi melakukan perbutan baik untuk mencicil KPR kita di surga, tapi mungkin kita melakukan perbuatan baik karena mengharapkan berkat, karena kita menginginkan penghormatan dan penerimaan orang lain, karena kita ingin menjadi seseorang yang berarti dan nama kita terukir dengan tinta emas dalam sejarah.

Kalau begitu apa bedanya kita dengan orang lain yang melakukan perbuatan baik untuk mencapai surga, bukankan pada akhirnya kita semua mahluk egois? Nope, ada perbedaan yang sangat jelas. Sama jelasnya dengan perbedaan seseorang yang membayar pelacur dan seorang suami yang memberikan hadiah pada istrinya. Membayar surga dengan perbuatan baik membatasi kita untuk selamanya dalam hubungan jual beli. Hubungan ini ga akan pernah menjadi hubungan kasih karena pada dasarnya memang jual beli, aku memberi A dan Kau memberi B. Tapi, ketika wortel itu dihilangkan, hubungan kita dengan Tuhan bukan lagi jual beli karena ga ada barang yang harus Tuhan berikan pada kita dan ga ada barang yang harus kita berikan pada Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan sekarang menjadi hubungan kasih dan kita punya kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mengikut Tuhan karena kita mengasihiNYA. Tentu saja akan ada keegoisan dalam hubungan kasih kita dengan Tuhan tapi berapapun keegoisan itu ga akan bisa merubah hubungan kasih menjadi jual beli. Sama ga mungkinnya berapapun kasih yang terlibat bisa merubah hubungan jual beli menjadi kasih.

Sebagai tambahan, ada satu pertanyaan lagi yang pengen saya share. Seandainya perbuatan baik ga bisa menebus surga, bagaimana denga hukuman? Bisakah kita menebus surga dengan hukuman? Mungkin dengan cara menyakit diri sendiri atau mungkin diam di neraka beberapa ratus tahun? Well, kita ganti saja wortelnya dengan tendangan. Apakah keledai tadi berjalan karena tendangan atau karena dia keledai baik-baik? Apakah kita menjalani hukuman karena kita menyesali kesalahan kita ataukah karena keegoisan kita mengejar surga? Dan seandainya kita mau menerima hukuman bukan karena menyesal melainkan karena keegoisan kita, bukankah dosa egois ini juga harus dihukum? Dan jika kita mau menerima hukuman dosa egois ini karena kita menginginkan surga bukankah berarti kita melakukan dosa double egois? Dan bukankah dosa double egois ini juga harus dihukum? Dan seandainya kita menerima hukuman dosa double egois ini karena kita menginginkan surga bukankah berarti kita melakukan dosa triple egois? Dan bukankah dosa triple egois ini juga harus dihukum? Dan seandainya kita mau menerima hukuman dosa triple egois ini………………….

Kelihatan Gak Jempol Kakimu...?????

Tundukkan kepala!
Buka mata lebar-lebar!
Apa yang kau lihat? Bisakah kau melihat jempol kakimu?

Sejak kecil, kita mendapat berbagai macam makanan dari orangtua, dari keluarga dan dari teman-teman kita. Terkadang makanan itu makanan sehat, tapi terkadang juga makanan yang kita dapat bukan makanan sehat tapi justru junkfood, makanan tidak sehat. Makanan yang memberati badan kita dan membuat kita sulit berjalan.
“ Kau anak yang seharusnya tidak lahir di dunia ini! „...mendadak sepatu kita menjadi sempit. Kenapa? Karena tiba-tiba saja jempol kita ngegendutin!
„ Orang sepertimu tidak akan pernah berhasil!“....perasaanku saja atau baju jadi tambah sempit ya?
„ Maaf, tapi kelompok ini hanya untuk anak-anak gaul!“…susah juga cari celana ukuran 46…
„ Aku tidak mencintaimu,aku tidak menginginkanmu!“…waktunya ganti cermin baru yang lebih lebar, yang sekarang cuma kelihatan setengah pipi.

Semakin dewasa,semakin banyak junkfood yang kita terima dan semakin menumpuk di hati. Dan tanpa kita sadari, kita semakin berat dan semakin sulit berjalan.Untuk setiap langkah dalam hidup yang kita ambil, sepertinya memerlukan energi yang sangat banyak. Setiap hari, „lemak-lemak“ kegagalan,ketakutan,penghinaan dan penolakan membelit kaki dan tangan kita. Mau lulus ujian? Lemak kau-tidak-akan-pernah-berhasil membuat kita merasa sangat lelah. Mau pacaran? Lemak kau-tidak-layak-tidak-keren-tidak-gaul membuat kepala terasa berat dan menunduk. Mau pelayanan? Lemak tidak-seharusnya-eksis-di-dunia menahan kaki kita.

Dan kita berjalan terhuyung-huyung, bertanya-tanya kenapa hidup terasa sangat melelahkan. Bertanya-tanya apa yang salah dengan diri kita dan bertanya-tanya kenapa dewi kebahagiaan mencibir kepada kita sementara monyet penderitaan bergelayut di kaki.
Dan semakin jauh kita berjalan, napas kita semakin terengah-engah dan dada kita terasa sesak, sesak karena tangisan yang tertahan dan emosi yang terbendung.
Dan kita menyerah....kita terduduk di pinggir jalan kehidupan dan membiarkan orang-orang lain berlari melewati kita.Kita berhenti berjalan dan menelan pernyataan bahwa kita tidak berguna dan tidak diinginkan.
Dan sambil terduduk memeluk lutut, kita terbengong-bengong mengagumi orang-orang lain yang berlari dengan cepat.

Nicki Cruz sangat gemuk! Tidak heran, dia dijejali berbagai macam makanan junkfood dari kecil. Dianiaya secara fisik dan mental sejak kecil, bahkan ibunya sendiri mengatakan kalau Nicki adalah anak setan. Tidak dikasihi dan tertolak, Nicki pergi mencari komunitas yang mau menerimanya. Dan dia menemukan komunitas orang-orang sepertinya, komunitas orang-orang yang gemuk berlemak penolakan. Dan kelompok itu bernama Mau Mau. Nama yang lucu? Ya, sayang sekali perbuatan mereka tidak lucu. Mau Mau adalah gang yang terkenal kejam di jalanan Brooklyn. Dan Nicki hanya perlu 6 bulan untuk menjadi pemimpin mereka!

Sampai seorang hamba Tuhan menemukannya dan mengatakan Yesus mencintai dan menerimanya. Setelah terduduk sekian lama di pinggir jalan, dihindari dan tidak dipedulikan, tiba-tiba saja seseorang mengajaknya berlari lagi! Apakah Nicki mau? Tentu saja tidak! Dia mengancam hamba Tuhan itu, memukul dan mengusirnya berkali-kali. Sayangnya, Yesus juga ngotot dan bersikeras kalau kegemukan itu tidak baik. Sedikit demi sedikit, lapisan demi lapisan lemak penolakan disedot dan Nicki bisa bernapas lega, kesesakan yang dulu menekannya hilang. Bertahun – tahun setelahnya, Nicki berlari-lari lagi di jalan dan mengajak setiap orang gemuk putus asa yang ditemuinya untuk tidak menyerah.

Menjadi dewasa tidak mudah. Terkadang sebagian dari kita dilahirkan di keluarga yang mengasihi dan mendukung kita. Tapi seringkali kebanyakan dari kita terlahir di keluarga yang tidak harmonis, bahkan berantakan . Dan mungkin seperti Nicki, sebagian dari kita terlahir di keluarga yang menganiaya kita. Dan mungkin bukan hanya keluarga tapi juga lingkungan dan teman-teman.
Perkataan mereka,sikap mereka dan perlakuan mereka terkadang menyakiti dan memberatkan kita. Dan sepanjang perjalanan hidup, memori kita dipenuhi kenangan-kenangan yang menyakitkan.

Lelah? Ya!
Sesak? Ya!
Ingin berhenti berjalan dan terduduk membiarkan dunia berputar tanpa kita ikut terlibat di dalamnya? Ya!
Sayangnya, kegemukan itu tidak baik.
Untungnya, Yesus tahu itu.
Karena itu, Dia mengajak setiap kita yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepadaNYA!