Minggu, 10 April 2011

FRANS, Ingatlah Pada Amsal 15

FRANS & IRENE Mudika di suatu paroki sangat aktif dlm mengikuti kegiatan-kegiatan paroki, baik rohani maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Mereka selalu bekerja sama di dalam menjalankan kegiatan- kegiatan di Mudika,
“tiada Frans tanpa Irene” atau “Ada Irene ada Frans”,demikian ungkapan teman-teman Mudika yang lain. Teman-teman Mudika yang lain sering mengolok-olokan dan menjodohkan mereka berdua, mereka hanya tersenyum saja. Sampai pada suatu hari, sehabis mengikuti Misa Sabtu Sore, mereka mengikut Bible Study , yang diadakan di samping gereja. Sepulang dari Bible Study, hari belum begitu malam,Frans akan mengantarkan Irene pulang kerumah dengan mobilnya. Di dalam mobil,
Frans : “Irene, bagaimana kalau kita makan dulu di Pecenongan?”
Irene : “Terserah kamu saja Frans.”
Setelah makan,
Frans : “Irene, bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu? Malam ini kan malam minggu besok hari libur.”
Irene : “Terserah kamulah Frans.”
Mobil melaju dari pecenongan ke arah pantai utara, dimana banyak mobil-mobil lain memarkirkan kendaraannya di tepi pantai, demikian pula Frans memarkir kendaraannya di tepi pantai, mereka tidak turun dari mobil, hanya duduk-duduk saja didalam mobil mendengarkan musik, bercerita dari satu hal ke hal yang lain, hingga akhirnya mereka kehabisan bahan untuk bercerita lagi. Irene & Frans berdiam diri sambil mendengarkan alunan musik. Lalu… tiba-tiba…. Frans meletakkan tangannya di atas paha (maaf diatas pangkuan) Irene, tetapi Irene hanya diam saja, beberapa detik kemudian ‘si tangan’ tsb bergerak beberapa inci (hanya beberapa inci) dan Irene…menggumam “Mmmm… Frans, Ingatlah pada Amsal 15″.
Setelah mendengarkan perkataan Irene tentang Amsal 15, walaupun tidak tahu atau lupa akan isinya, Frans langsung menarik tangannya, ia merasa disadarkan seketika itu juga.
Frans :”Maafkan saya.”
Irene : “Tak apa”
Mereka pulang. Di rumah, Frans langsung masuk kamar & mengambil kitab suci, membuka Amsal 15, isinya : “teruskanlah, jalanmu sudah benar.”

Asal Mula 10 Perintah Allah

Konon, 10 Perintah Tuhan itu sebenernya bukan untuk orang Israel, melainkan untuk bangsa lain tapi justru bangsa lain yang ditawari menolak. Begini kisahnya…

Malaikat ke Italia.

Malaikat:”Hei kamu orang Italia, mau perintah Tuhan nggak?”

Orang Italia:”Apa isinya?”

Malaikat:”Jangan membunuh!”

Orang Italia:”Sori yach, kami ini mafia, membunuh adalah kegiatan kami”

Lalu malaikat itu terbang ke Rusia.

Malaikat:”Hei kamu orang Rusia, mau perintah Tuhan nggak?”

Orang Rusia:”Apa Isinya?”

Malaikat:”Sembahlah Tuhanmu!”

Orang Rusia:”Sori yach, kami ini atheis. Nggak percaya ama Tuhanmu!”

Lalu malaikat itu terbang ke Tiongkok.

Malaikat:”Hei kamu orang Tionghoa, mau perintah Tuhan nggak?”

Orang Tiongkok:”Apa isinya?”

Malaikat:”Jangan berdusta!”

Orang Tionghoa:”Sori yach, kami ini pedagang, jadi mesti menipu.”

Malaikat tsb menjadi frustrasi. Akhirnya ia terbang ke orang Israel yang terkenal kebandelan dan kekikirannya. Siapa tahu mereka mau, gumam malaikat.

Malaikat:”Hei kamu orang Israel, mau perintah Tuhan nggak?”

Orang Israel:”Mbayar nggak?”

Malaikat:”Ini gratis!”

Orang Israel:”OK, kami minta SEPULUH!”

Kamis, 07 April 2011

7 KURCACI

Heigh Ho…ayo kita pergi ke tambang…
Heigh Ho…ayo kita menggali…
Heigh Ho…ayo kita mencari permata
Heih Ho..Heigh Ho…Heigh Ho…..

Tampak 6 kurcaci meninggalkan gubuk mereka di tengah hutan dan pergi ke gunung…
6 kurcaci ? Bukankah seharusnya 7 ? Ke mana 1 lagi ?
Tampak 1 kurcaci kecil berdiri di depan pintu rumah sambil mengamati kepergian kurcaci-kurcaci yang lain.

Namanya Dopey, kurcaci kecil yang berdiri di depan rumah itu
Dopey mempunyai tinggi badan terpendek di antara kurcaci-kurcaci lain, dan oleh karena itu sementara kurcaci lain sibuk mencari permata, Dopey harus diam di rumah dan mengerjakan pekerjaan remeh seperti mencuci dan membersihkan rumah.
Dan Dopey tidak menyukai hal itu, dia ingin pergi bersama kurcaci lain mencari permata dan bukannya mengurus rumah

Ada satu cermin besar di rumah para kurcaci, cermin yang dulunya disita dari seorang ratu jahat.
Setiap kali Dopey melihat dirinya di cermin, seolah-olah cermin itu mengejek dirinya sebagai kurcaci terpendek di dunia.
Dan Dopey mendengar ejekan itu….
Pelan –pelan rasa rendah diri itu merambati tubuhnya
Perasaan yang mengatakan kalau dirinya adalah kurcaci terendah,terjelek,dan terlemah di antara kurcaci-kurcaci lainnya.

Dopey tidak menyukai perasaan itu…
Dia bermimpi suatu hari nanti dia akan menjadi lebih unggul dan lebih baik dari saudara-saudaranya
Tapi….Dopey yang malang..
Cermin besar itu selalu mengingatkannya tiap hari akan kekurangannya..kependekannya
Dan sumur rendah diri itu tergali semakin dalam dan semakin gelap…

Sampai suatu pagi, ketika saudaranya,Grumpy,sedang menyisir rambut di depan kaca dan Dopey kebetulan berdiri di sebelahnya..
Ada!...Ada satu hal dimana dia lebih baik dari saudara – saudaranya yang lain...
Grumpy itu.....kotor,berdebu dan hitam
Dan Dopey itu...bersih dan putih
Kurcaci – kurcaci lain mengahbiskan waktu mereka sepanjang hari menggali terowongan di gunung dan selalu kotor, dan mereka malas mandi karena mereka berpikir ,’ ..toh besok juga kotor lagi“
Sementara Dopey yang selalu diam di rumah dan selalu mandi tiap hari tentu saja jauh lebih bersih dari saudara-saudaranya
Hohoho...Dopey tertawa dengan senang dan bangga
Akhirnya....akhirnya dia menemukan satu hal dimana dia lebih unggul dari saudara-saudaranya...Dopey lebih bersih!!
Dan Dopey tidak membuang waktu, bagaimanapun sumur rendah dirinya menuntut siraman pujian
Dan dengan nada bangga Dopey menceritakan kebersihan dirinya kepada saudara-saudaranya.

Setiap pagi, saat Dopey bercermin, dia tidak pernah lupa mengingatkan saudara-saudaranya bagaimana bersihnya dirinya.
Semakin dalam sumur rendah dirinya, semakin banyak siraman pujian yang diinginkannya.
Untuk pertama kalinya, Dopey tidak lagi merasa rendah di hadapan saudara-saudaranya..
Untuk pertama kalinya, Dopey merasa lebih tinggi…
Dan Dopey ingin lebih tinggi lagi…setinggi mungkin, setinggi kedalaman sumurnya..

Kini, setiap pagi, Dopey tidak hanya menceritakan kebersihan dirinya tapi juga mencela kekotoran saudara-saudaranya.
Semakin banyak celaan yang dilontarkan Dopey, semakin senang hatinya..
Karena bukankah ketika dia mencela kekotoran saudaranya, sebenarnya dia sedang memuji kebersihan dirinya?
Dan sumur dalam hatinya semakin terpuaskan ?
Tapi…Dopey belum puas..sumurnya masih jauh dari penuh

Kini..Dopey tidak mau lagi bersentuhan atau bahkan berbicara dengan saudaranya
Kalau ada yang perlu dibicarakan...Dopey akan menulis di kertas
Kalau terpaksa bersentuhan..Dopey akan memakai sarung tangan atau sapu tangan supaya tidak bersentuhan langsung
Bagi Dopey, dirinya adalah mahluk suci yang tidak boleh bersentuhan dengan mahluk rendah seperti saudaranya
Tapi...batu yang dijatuhkan ke dalam sumurnya masih tak terdengar suaranya

Kini...Dopey tidak mau lagi tinggal bersama saudara-saudaranya yang kotor
Dan Dopey mengusir semua saudara-saudaranya dari rumah itu
Bagi Dopey, mereka bukan lagi saudaranya tapi mahluk hina yang mengotori rumahnya
Dopey adalah mahluk tinggi, dan saudara – saudara kurcacinya adalah mahluk rendah

Happily ever after?
Dopey tinggal seorang diri sampai hari tuanya, hanya ditemani cermin besar di rumahnya.
Bagaimanapun, tidak ada satu mahluk pun yang cukup bersih baginya selain dirinya
Bagaimana dengan kurcaci-kurcaci lain?
Mereka meninggalkan Dopey dengan senang hati, bagaimanapun mereka juga sudah muak dicela stiap hari.
Dan ke 6 kurcaci itu membentuk Asosiasi Penambang Pembenci Sabun, mereka membenci Sabun karena menurut mereka Sabun –lah yang membuat Dopey menjadi menyebalkan. Seandainya tidak ada Sabun, Dopey tidak akan bersih, dan jika Dopey tidak bersih,dia tidak menyebalkan.


“ Hanya orang berjiwa kerdil yang menginjak orang lain supaya terlihat lebih tinggi “

Ketika kita menunjukkan kesalahan orang lain dan menunjukkan hal yang benar, lakukan itu karena kasih, karena kita ingin orang itu menjalani hidup yang baru di dalam Yesus.
Tapi jangan hakimi orang lain karena kita ingin terlihat lebih baik dan lebih suci.
Jangan menghakimi orang lain untuk memuaskan ego kita
Jangan menjadi seperti orang Farisi yang dikecam Yesus karena mengajarkan Taurat untuk kemuliaan diri mereka sendiri ( Matius 23 )
Dan jangan pernah melupakan, kalaupun saat ini kita bersih, itu bukan karena usaha kita tapi karena ada “Sabun” yang membersihkan kita, Yesus !

Cinderela Ditangkep Polisi...!!!

Berita headline hari ini : Cinderela ditangkap polisi karena menyiksa anaknya. Cinderela terbukti bersalah dan harus mendekam di penjara selama 10 tahun. Suaminya mengatakan kalau kondisi kejiwaan Cinderela memang labil. Ibu tirinya mengatakan kalau Cinderela memang anak bermasalah sejak kecil.
Kenapa ini bisa terjadi? Untuk mengetahui kenapa tragedi ini bisa terjadi, kita harus melihat kembali masa kecil Cinderela.

Cinderela kehilangan ibunya saat dia kecil, dan ayahnya yang sering bepergian memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita lain supaya ada yang mengurus anaknya. Ibu tirinya membawa 2 anak hasil pernikahannya terdahulu. Pada awalnya Cinderela senang karena mendapatkan keluarga baru dan dalam hatinya dia bertekad untuk menyenangkan hati ibu tirinya. Tapi, seperti yang kita semua tahu, ibu tiri Cinderela tidak menyayanginya dan memperlakukannya seperti pembantu.

Cinderela berusaha keras untuk bekerja keras dan menerima semua pukulan ibunya dengan harapan ibunya akan menyayanginya, tapi itu tidak pernah terjadi.
“ Ibu, kenapa kau tidak menyayangiku? Apakah kau tidak menginginkanku? “
“ Tidak! Keluarga ini akan jauh lebih baik kalau kau tidak ada. Kau hanya pengganggu yang tidak dibutuhkan. Kau harus bersyukur karena aku masih mau repot-repot menerimamu di rumah ini,” jawab ibu tirinya.
Cinderela yang malang, dia baru saja menyadari kalau dirinya tidak diinginkan dan tidak dibutuhkan.

Sementara saudara-saudara tirinya menghabiskan masa remaja mereka seperti layaknya gadis normal, Cinderela menghabiskan waktunya mengurusi cucian kotor dan mengelap debu. Cinderela sudah terbiasa dengan pekerjaan kotor, tapi yang membuatnya sedih adalah ketika teman-teman sekolah saudara tirinya datang berkunjung ke rumahnya. Cinderela mengerti arti pandangan mata teman-teman pria saudaranya yang meremehkan atau mengasihani.Dia rindu untuk berbicara dengan mereka, saling berpandangan dengan tidak sengaja, surat dan hadiah kecil yang dikirimkan lewat orang ketiga. Tapi, Cinderela sadar kalau dirinya tidak layak.
Cinderela yang malang, cinta pertamanya terbang sangat rendah dan tenggelam menghilang seiring rasa percaya dirinya.

Hari yang dinantikan seluruh kerajaan tiba, hari dimana pangeran akan memilih calon istrinya dan semua wanita di kerajaan diundang ke pesta dansa. Ibu dan saudara-saudara tirinya tidak perlu repot melarang Cinderela ke pesta, Cinderela sendiri menolak untuk pergi. Dia takut pada pandangan mata orang – orang di pesta, mata yang menyayangkan kenapa baju pesta yang bagus harus dipakai oleh orang sepertinya, mulut yang mencibir kehadirannya di pesta. Tidak, Cinderela tahu tempatnya bukan disana.
Cinderala yang malang, tidak pernah ada yang mengatakan kalau dia sangat layak untuk mengenakan baju pesta. Tidak ada yang mengatakan kepadanya, kalau Cinderela mau, dia bisa membuat pangeran bertekuk lutut dan memasangkan sepatunya. Tidak ada yang memberitahunya.

Hari pesta berlalu dan pangeran sudah menemukan calon istrinya di pesta dansa dan tidak ada tentara kerajaan yang berkeliling kota mencari pemilik sepatu kaca. Tapi, Cinderela juga akan menikah, tidak dengan pangeran tentu saja tapi dengan pemuda di ujung jalan. Pemuda itu terkenal sedikit berandalan dan tidak setia, tapi Cinderela tidak keberatan. Dia justru bersyukur karena masih ada orang yang mau menikahinya. Baginya pemuda itu sudah cukup baik baginya, yang penting ada yang mau menerimanya dan dia tidak sendirian lagi.
Cinderal yang malang, dia sendirian sejak kecil dan tidak ada peri yang duduk bersamanya, mengatakan kalau dia berharga dan dia punya masa depan yang cerah. Saat ini, Cinderela menerima siapapun yang mau duduk bersamanya, siapapun.

Seperti yang diduga, suaminya bukan suami yang baik. Tapi Cinderela bersabar dan berharap, mungkin suatu saat nanti suaminya akan lebih dewasa, mungkin kehadiran seorang anak akan membuat suaminya lebih bertanggung jawab. Cinderela tahu kalau suaminya sering selingkuh di luar, tapi selama suaminya tetap pulang ke rumah Cinderela sudah bersyukur.
Dan sekarang dia mengelus perutnya, merasakan kehadiran nyawa baru yang bertumbuh.
“ Aku akan menjadi ibu yang baik bagimu, lebih baik dari ibu tiriku. Aku akan menyayangimu dan tak akan memukulmu. Aku tak akan pernah menjadi orang seperti ibu tiriku”
Cinderela yang malang, dia membuat janji yang tak akan bisa ditepatinya.

Ketika anaknya lahir, Cinderela tersenyum bahagia dan merasa mimpinya akan segera terwujud. Sementara suaminya berdiri di pojok di balik bayangan pintu kamar sambil menggigiti kuku ibu jarinya. Ketakutan akan beban tanggung jawab baru dan berakhirnya kehidupan yang bebas membuatnya takut. Dan dalam ketakutannya dia membuat keputusan, keputusan yang akan menghancurkan mimpi istrinya. Ketika Cinderela diijinkan pulang dari rumah sakit, dia mendapati rumahnya sepi. Lemari baju yang kosong separuh, tabungan yang dipecahkan dengan kasar dan gosip miring dari tetangganya memberitahunya kalau suaminya melarikan diri dengan perempuan lain. Dan dunianya runtuh dalam sekejap.

Tapi kali ini Cinderela tidak menyalahkan dirinya. Kemarahan yang selama ini terpendam sejak masa kecilnya yang selama ini menghancurkan dirinya dari dalam kali ini menuntut untuk dikeluarkan. Cinderala tidak tahu bagaimana caranya mencintai, selama ini tidak ada yang mencintainya. Tapi Cinderela tahu bagaimana menyalurkan kebencian dan amarah. Bertahun – tahun ibu dan saudara tirinya menyalurkan amarah dan kebencian mereka pada dirinya

Dan Cinderela melihat anaknya, anak yang semula diharapkan menjadi pemersatu dirinya dan suaminya. Anak yang menjadi dasar impiannya , tapi anak ini juga yang menjadi penghancur impiannya. Seandainya anak ini tidak pernah ada, anak ini anak yang tidak dibutuhkan, anak yang tidak berharga. Dan seperti dirinya dulu, anak yang tidak berhaga harus dipukul. Dan perlahan tangannya terulur……………

Kita semua bertumbuh dengan menjadikan orang – orang terdekat kita sebagai cermin. Apa yang mereka katakan mengenai diri kita menjadi bagaimana cara kita memandang diri kita. Ketika mereka mengatakan diri kita jelek, kita menganggap diri kita jelek dan sebaliknya. Cinderela – cinderela dalam kehidupan nyata tidak punya banyak peluang untuk memakai sepatu kaca, tidak ada Ibu Peri yang mengatakan kalau mereka baik dan berharga layaknya seorang putri.

Masa kecil kta sangat mempengaruhi kehidupan kita karena itu adalah masa dimana kita mulai membangun kepribadian dan identitas diri kita. Dan kita mendengarkan orangtua, teman-teman dan orang – orang terdekat kita untuk membangun identitas diri kita. Sayangya, tidak semua anak mempunyai orangtua yang baik. Sebagian dari kita tumbuh dengan masalah – masalah emosional dan kepribadian yang sulit. Bukan berarti kita meyalahkan orangtua kita atas masalah- masalah kita, orangtua pun merupakan produk bentukan dari generasi sebelum mereka. Menyalahkan ibu tiri dan saudara yang kejam tidak akan membuat Cinderela menjadi putri. Tapi mendengarkan perkataan “ Ibu Peri” menjadikannya seorang putri. Dan kita mempunyai seorang “ Ibu Peri” yang menganggap kita begitu berharga dan menjadikan kita anak-anakNYA. Yesus yang menganggap kita begitu berharga hingga rela disalib. Dan seperti Cinderela, kita punya pilihan untuk mendengarkan “ Ibu Peri” dan pergi ke pesta atau mendengarkan “ibu tiri” dan kembali ke dapur yang gelap.

Selasa, 15 Februari 2011

Pendekar Awan Dan Angin

Uhuk..uhuk…..
Aku terbatuk-batuk oleh debu yang mengembang di hadapanku
Debu yang berasal dari hentakan sepatu – sepatu yang berderap

Mataku mencoba terfokus…
Punggung – punggung yang berlari menjauh
Dan tampak semakin jauh

Sayup- sayup terdengar teriakan mereka yang penuh semangat
Semangat untuk terus berlari sampai akhir
Tapi untuk setiap langkah kaki dan sorakan semangat, hatiku terasa semakin berat
Tatkala aku menyadari kalau jarak antara diriku dan mereka semakin melebar
Saat aku menyadari diriku tertinggal semakin jauh di belakang mereka

Aku berdiri seorang diri
Kesedihan merayapi hatiku saat aku sadar
Sadar bahwa teman-temanku bergerak jauh lebih cepat dan maju daripadaku
Sadar bahwa aku tertinggal di belakang

Plokk…
Ada tangan yang menepuk lembut bahuku
Saat aku berbalik, Dia ada disana
Pelatih Utama kami berdiri dengan setengah tersenyum

“ Kenapa kau tidak berlatih?” , tanyanya
Jlebbb…pertanyaan itu menusuk diriku dan kesedihan mengalir keluar
“ Pelatih Utama menegur diriku….”
“ Pelatih Utama menyalahkan diriku yan tertinggal jauh….”
“ Pelatih Utama merasa diriku mempermalukan timnya…..”
“ Pelatih Utama……”

“ Matras sudah disiapkan dan ketinggian tongkat sudah dinaikkan”, katanya lagi
Hehhh????
Matras? Ketinggian tongkat? Apa yang dibicarakanNYA?
Aku mendongak dan melihatNYA masih setengah tersenyum

Terheran – heran aku bertanya, “ Untuk apa? “
“ Tentu saja untuk dirimu berlatih lompat tinggi”
Lompat tinggi?
“ Tapi pelatih, bukankah seharusnya aku berlari mengejar para pelari itu ke arah yang sama?”
“ Untuk apa? Kau dilatih untuk menjadi seorang pelompat tinggi, kau tidak perlu berlari ke arah yang sama dengan mereka”

“ Kau dan mereka dilatih dan dipersiapkan untuk tujuan yang berbeda”
“ Mereka dilatih untuk berlari secepat dan sejauh mungkin, mereka dipersiapkan untuk mengejar sang angin”
“ Tapi kau, kau dilatih untuk melompat setinggi mungkin, kau dipersiapkan untuk meraih dan menyentuh sang awan”
“ Berlatihlah sesuai dengan bidang yang telah disiapkan untukmu. Berlari sampai akhir, bertanding sampai menang!”


Karena setiap dari kita dipilih dan diperlengkapi untuk tujuan yang berbeda. Mungkin teman-teman kita dipanggil untuk pelayanan yang berbeda, mungkin sebagian terlihat lebih maju dan berkilau, mungkin kita merasa pelayanan kita tertinggal dibandingkan dengan yang lain. Tapi entah seseorang menjadi pembicara yang pergi ke bangsa-bangsa atau berdoa dibalik pintu tertutup, kita semua bertanding untuk menang!

HELL

Jangan suka mengambil barang milik orang lain, nanti kalau mati masuk neraka tangannya dipotong- potong pakai gergaji…..Jangan suka berbohong nanti di neraka lidahnya dijepit pakai tang panas….Jangan suka jahat ke orang lain nanti bisa disiksa habis – habisan di neraka lapis ke sembilan.

Terkesan familiar? Ada yang pernah mendengar peringatan – peringatan di atas? Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar peringatan – peringatan semacam itu dari orangtua atau kakek nenek kita saat kita melakukan kenakalan. Biasanya saat seseorang membicarakan hukuman untuk sustu kejahatan pastilah berupa siksaaan di neraka.

Dalam film – film atau buku, neraka seringkali digambarkan sebagai tempat yang dipenuhi dengan api yang berkobar – kobar dan setan – setan yang berpesta pora menyiksa setiap manusia yang masuk ke dalamnya (..ingat film Constantine? ). Gambaran yang tertanam di dalam otak kita mengenai neraka dari kecil sampai dewasa tidak lebih dari siksaan kejam yang dilakukan terus menerus dan beratnya disesuaikan dengan kejahatan orang itu semasa hidup.

Di antara orang Kristen sendiri gambaran mengenai neraka ini seringkali tidak berbeda jauh. Sangat sedikit buku – buku yang menjelaskan mengenai neraka. Coba saja pergi ke toko buku rohani terdekat dan cari buku mengenai neraka, paling – paling hanya ada 1 – 2 buku saja. Tentu saja, lebih menyenangkan membicarakan jalan – jalan emas dan orang – orang yang saling mengasihi di surga daripada membicarakan tempat siksaan kekal yang penuh dengan ratapan dan kertak gigi. Tapi, Alkitab sendiri tidak memberikan gambaran yang rinci mengenai neraka. Alkitab menjelaskan neraka sebagai tempat api yang kekal yang disediakan untuk Iblis dan malaikat – malaikatnya ( Matius 25:41 ).

Suka tidak suka, gambaran neraka sebagai tempat penyiksaan manusia berdosa ini seringkali menjadi halangan bagi sebagian orang untuk mengerti kasih Tuhan. “ Kalau Tuhan itu memang penuh kasih, mengapa dia menciptakan neraka? Mengapa Tuhan menyiksa manusia dengan kejam dan tidak mau mengampuni mereka? Apakah Tuhan itu Tuhan yang kejam dan pendendam yang melampiaskan kemarahannya pada orang berdosa dengan menyiksa mereka di neraka?

Hal yang sepertinya kontradiktif ini membuat sebagian orang berpikir bahwa neraka itu hanya pengajaran manusia dan sebetulnya tidak ada. Ketika orang berdosa meninggal mereka tidak masuk neraka melainkan menghilang begitu saja dari dunia ini sementara orang – orang yang sudah diselamatkan masuk ke surga. Masalahnya adalah ayat di atas jelas – jelas menyatakan bahwa orang – orang terkutuk akan dimasukkan ke dalam api yang kekal, dengan kata lain neraka itu betul – betul ada dan nyata.

“Oke..sekarang kita anggap saja neraka itu nyata, lalu seperti apakah neraka itu dan mengapa Allah yang penuh kasih menciptakan tempat yang mengerikan ini?”

Matius 25:31 – 46 berbicara mengenai penghakiman terakhir dan ayat 41 menyatakan bahwa Allah menyediakan api yang kekal untuk Iblis dan malikat – malaikatnya. Neraka diciptakan bukan untuk menyiksa manusia melainkan tempat untuk Iblis. Kerinduan Allah adalah mengumpulkan semua manusia kepadaNYA, kerinduan yang begitu besarnya sampai – sampai Yesus rela disalib. Tuhan bukanlah seorang pendendam yang menginginkan seseorang yang berbuat jahat semasa hidupnya membayar semua dosa – dosanya di neraka. Tuhan tidak tersenyum puas ketika seseorang masuk neraka dan berkata,” Syukurin, waktu masih hidup kamu jahat, sekarang nikmati saja balasan dosa – dosa kamu!”. Orang – orang berdosa yang masuk neraka bukanlah musuh- musuhNYA melainkan anak – anakNYA sendiri. Bagaimana perasaan kita jika melihat orang yang kita kasihi masuk neraka?Tentu saja tidak tersenyum puas!

Saat satu jiwa terbuang ke neraka, perasaan Allah bagaikan seorang ayah yang mendengar anaknya divonis penjara seumur hidup di pulau yang jauh tanpa ada kesempatan untuk bertemu lagi. Bukan Allah yang menginginkan kita masuk neraka melainkan kitalah yang memilih untuk masuk neraka dengan tidak menerima penebusan dosa dari Yesus. Allah menyediakan surga yang dibangun dengan tangan dan kreativitasnya sendiri untuk menghabiskan keabadian dengan semua orang yang dikasihiNYA, tetapi orang berdosa memilih neraka daripada surga.

“Kalau begitu kenapa Tuhan tidak mengampuni saja semua orang – orang berdosa dan hanya memasukkan Iblis ke dalam neraka? Bagaimanapun mereka hanya digoda Iblis jadi dosa mereka tidak berat – berat amat.”

Di terminal bus Leuwipanjang ( terminal bus di Bandung) ada bus yang berangkat ke Jakarta dan ada bus yang berangkat ke Garut. Calo dari masing – masing bus berteriak – teriak Jakarta…Jakarta dan Garut…Garut. Saya sebenarnya ingin pergi ke Garut tapi saya memutuskan naik bus yang berangkat ke Jakarta karena busnya lebih bagus dan ber-AC. Begitu sampai di Jakarta saya marah karena saya salah tujuan. Apakh pantas kalau saya menyalahkan kondektur bus Garut karena saya salah tujuan? Lho..yang memutuskan untuk naik bus ke Jakarta dan bukannya ke Garut kan saya sendiri.
( Catatan : Jakarta tidak berarti neraka dan Garut tidak berarti surga. Hanya saja penulis berasal dari Garut dan rasa kedaerahannhya tinggi jadi ketika menulis perumpamaan tentu saja penulis memilih Garut sebagai perumpamaan surga. Pembaca Jakarta jangan tersinggung, ya. )

“Hmmm..tapi kalau Tuhan memang menyayangi kita kenapa dia tidak menyeret saya ke bus Garut,eh..maksudnya surga? Kalau saya menyayangi seseorang pasti saya akan memaksanya kembali kalau saya tahu dia mengambil arah yang salah.”

Memang bisa saja Tuhan lakukan itu, tapi justru dia sangat mengasihi kta sehingga dia membiarkan kita memilih. Kasih yang dipaksakan bukanlah kasih yang sejati. Jika Yesus memaksa kita untuk mengikutinya sebenarnya Yesus membuat kita menjadi tidak lebih dari robot yang hanya menjalankan apa yang tuannya inginkan. Mudah saja bagi Tuhan untuk membuat kita mengikuti NYA, cukup dengan memperdengarkan suara batukNYA ke bumi pasti semua orang bertobat. Tapi itu akan membuat kita bertobat karena rasa takut kepadaNYA dan bukan karena kita mengasihiNYA. Bagaimana rasanya jika ada orang yang mau berpacaran dengan kita karena dia takut pada kita dan bukannya karena cinta?

Bapa dari anak yang hilang tidak menghalangi kepergian anaknya, tetapi dia terus berdoa dan menunggu anaknya pulang. Ketika anaknya memilih untuk pulang daripada menjadi penjaga babi, sang ayah begitu gembira sampai – sampai dia tidak mencium bau babi dari tubuh anaknya.

“Kalau begitu kenapa mereka harus masuk neraka? Bisa saja Tuhan membuat mereka lenyap atau mebiarkan roh mereka bergentayangan dan bereinkarnasi sampai mereka menjadi baik.”

Ibrani 9:27 menyatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya sekali saja dan sesudah itu ia dihakimi. Jangan lupa bahwa selain penuh kasih, Allah kita juga hakim yang adil. Selama kita masih hidup di dunia dengan kasihNYA Allah terus memanggil kita untuk kembali kepadaNYA tapi pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkan pilihan kita pada hari kematian kita. Tidak ada jalan tengah, pada hari penghakiman semua orang akan terbagi 2. Orang – orang yang memilih Yesus akan bersama – sama dengan Dia dan yang memilih Iblis tentu saja akan bersama Iblis. Allah yang penuh kasih bukan berarti lembek, Ia Allah yang tegas yang menuntut kita bertanggung jawab atas pilihan kita.

“Apakah neraka memang seperti yang digambarkan di film dan buku sebagai tempat siksaan? Apakah Allah menghukum manusia berdosa dengan siksaan kejam yang terus menerus?”

Yang paling menakutkan dari neraka bukanlah siksaan – siksaan seperti yang kita baca di buku. Yang paling menyedihkan dari neraka adalah keterpisahannya dari Allah dan kekekalannya. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah ada bangsa yang ateis. Setiap suku dan bangsa di dunia ini pasti mempunyai tuhan atau dewa yang mereka sembah. Diakui atau tidak, semua orang membutuhkan Tuhan. Setiap dari kita membutuhkan suatu pribadi yang bisa kita sembah dan memberikan rasa aman bagi kita. Sebagian dari kita menyadari kebutuhan di masa kesusahan dan sebagian lagi menyadarinya di masa sukses dimana tidak ada lagi yang bisa memuaskan dirinya. Sebagian dari kita menyadarinya di masa muda tapi semua orang pasti menyadari kebutuhan ini di detik terakhir kematian.

Kita diciptakan untuk bersekutu dengan Tuhan dan tidak ada yang bisa menggantikan hal itu. Ketika seseorang masuk neraka ia menjadi terpisah dari Tuhan dan kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan ini tidak akan pernah terpuaskan. Pernah jatuh cinta? Pernah merasakan bagaimana sengsaranya saat pujaan hati berada jauh dari kita? Pernah patah hati? Kalau begitu pasti tahu bagaimana rasanya menyadari bahwa kita tidak akan bisa bersama dengan orang yang kita cintai untuk selamanya. Siksaan hanya menyakiti fisik tapi yang paling menyedihkan dari neraka adalah kerinduan akan Tuhan yang tidak akan pernah terpenuhi.

Saat ini sulit bagi kita untuk mengerti bagaimana rasanya patah hati karena Tuhan karena walaupun tidak terlihat Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Saat kita mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan Tuhan saat itu semuanya sudah terlambat karena hanya di neraka lah seseorang benar – benar ditinggalkan Tuhan.

Hal kedua dari neraka yang paling menakutkan adalah kata kekekalan. Bukan hanya 1 bulan…10 tahun…1000 tahun bahkan sejuta tahun melainkan selamanya kita tidak akan pernah meninggalkan neraka. Tidak ada reinkarnasi dan tidak ada kesempatan kedua. Matius 25:46 dengan jelas menyatakan mereka akan masuk tempat siksaan yang kekal. Ayat di atas tidak menyatakan mereka akan masuk neraka selama 10 juta tahun melainkan untuk selamanya.

Selama kita masih hidup selalu ada kesempatan untuk bertobat tetapi sesudah napas putus tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Tidak ada lagi harapan untuk diampuni dan dipersatukan kembali dengan Tuhan. Orang Yunani mempunyai legenda mengenai seorang manusia yang dihukum para dewa di neraka untuk mendorong batu besar ke puncak bukit. Tetapi setiap batu itu akan sampai ke puncak bukit, batu itu selalu menggelinding turun kembali ke kaki bukit dan orang tersebut harus mengulangi kembali pekerjaanya dari awal lagi. Hal ini terus menerus dilakukan berulang – ulang selama ribuan tahun sampai selamanya. Kesia – siaan, menipu diri akan adanya harapan padahal sebenarnya tidak pernah ada harapan merupakan hukuman terberat di neraka bagi orang Yunani.

Sulit membayangkan kekekalan dan terlebih sulit lagi menerima artinya. Sulit membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa ada harapan sama sekali. Selama masih ada harapan seseorang bisa terus hidup. Tetapi jika harapan itu hilang, apa lagi yang tertinggal? Tidak ada!

Mengenai masalah siksaan di neraka,yah…bagaimana lagi, mereka kan tinggal bersama – sama dengan Iblis. Tentu saja kita tidak bisa mengharapkan Iblis dengan gembira menyambut mereka dan beramah tamah dengan mengeluarkan kue kering, brownies kukus dan es jeruk untuk menjamu orang – orang yang memilih neraka. Sebaliknya, segala macam siksaan dan kekejian yang pernah terpikir maupun yang tidak pernah terpikirkan di dunia ini akan menimpa mereka. Tetapi sekali lagi, siksaan hanya menyakiti fisik twetapi keterpisahan dan kehilangan harapan bersama dengan Tuhan untuk selama – lamanya jauh lebih menakutkan dari rasa sakit fisik.

“Phewww..mengerikan sekali. Kalau begitu bagaimana supaya kita bisa terhindar dari neraka?”

Dalam Yohanes 14:6 Yesus menyatakan bahwa Dialah jalan kebenaran dan hidup dan tidak ada seorangpun yang dating kepada Bapa kalau tidak melalui Dia. Satu – satunya jalan supaya kita tidak menginap di rumah Iblis tentu saja dengan memilih menginap ke rumah Yesus. Pilihannya hanya ada 2, selain Yesus tidak ada pilihan yang lain selain Iblis. Tentu saja ada banyak jalan lain dengan dewanya masing – masing yang juga menjanjikan surga kepada orang – orang yang mengikuti jalan mereka tetapi keselamatan hanya bisa ditemukan dalam karya penebusan dosa Yesus di kayu salib.

Yesus sendiri yang turun ke neraka menggantikan kita. Yesus pernah merasakan bagaimana rasanya putus hubungan dengan Bapa. Pada akhir hidupnya Yesus berteriak di kayu salib,’ Bapaku,Bapaku..mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Teriakan ini bukanlah teriakan seseorang yang kecewa kepada Bapanya melainkan karena Yesus tahu bahwa sebentar lagi ia akan terpisah dari Bapa. Selama Yesus disiksa, Ia tidak mengeluh sedikitpun tetapi ketika ia mengetahui bahwa sebentar lagi ia terputus dari Bapa Yesus pun berteriak di kayu salib.

Surga menjadi surga karena ada Allah di sana dan neraka menjadi neraka karena tidak ada Allah di sana. Surga menjadi tempat yang luar biasa indah karena ada Allah di sana. Neraka menjadi tempat yang tidak tertahankan karena tidak ada Allah di sana.

Keledai Mengejar Wortel...????

Ada yang suka baca Donal? Bukan…bukan selebaran paket diskon burger tapi Donal Bebek dan 3 keponakannya. Pertama kali saya baca Donal waktu kelas 1 SD, waktu itu harganya masih 750 perak per majalah. Sekarang sih udah ga baca lagi soalnya majalah Donal yang sekarang udah ga serame dulu jadi males mau beli juga.

Apa tulisan saya sekarang bakalan ngebahas Donal? Ngga…saya cuma ngomongin Donal soalnya ada satu cerita di Donal yang pengen saya ceritain. Ceritanya Donal punya 1 keledai yang pemalas dan ga mau kerja. Biarpun dimarahin dan dipaksa, tetep aja keledai ini ga mau jalan. Pokonya keras kepala banget keledai ini sampe Donal putus asa. Untungnya keponakannya, yang selalu lebih pinter dari si Donal ini, punya ide. Mereka gantung wortel di ujung pancingan kemudian wortel ini diayun-ayunkan di depan si keledai. Keledai ini yang ngeliat wortel di depan mata tentu saja jadi pengen makan dan berusaha maju ngambil wortel itu dan akhirnya mau jalan. Tentu saja karena wortel itu digantung di tongkat pancingan, mau jalan sejauh apapun tetep aja mulut keledai itu ga akan pernah bisa ngegigit wortel yang berayun-ayun di depan matanya.

Pertanyaannya, apakah keledai itu sekarang jadi keledai baik-baik? Apakah keledai itu layak dipuji sebagai keledai yang rajin dan kalau perlu dijadikan teladan bagi para keledai lain? Apakah keledai ini berhak mendapat sebutan Keledai Of The Year dan muncul di majalah Time sebagai salah satu Keledai Berpengaruh Abad 21? Atau muncul di acara Oprah sebagai Keledai Yang Peduli Kekeledaian?

Tentu saja keledai ini memang terlihat sangat rajin dan patuh, disuruh jalan ya jalan, disuruh belok ya belok. Masalahnya, keledai ini berjalan karena ada wortel yang berayun di depan matanya. Selama wortel itu masih berayun di depan matanya, bagaimana kita tahu kalo keledai ini bekerja karena memang dia keledai yang baik dan bukannya bekerja karena ingin makan wortel? Tentu saja keledai ini bisa bertapa,ikut seminar pengendalian diri ataupun menyangkal keberadaan wortel tapi selama wortel itu masih tergantung di depan mata, bisakah kita 100% mengatakan kalau keledai ini memang keledai yang tulus bekerja dengan rajin?

Ketika seekor keledai berjalan karena menginginkan wortel, tentu saja ini hal yang wajar, tetapi itu tidak menjadikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang spesial dan itu tidak menjadikan dirinya sebagai Keledai Terajin. Kenapa? Karena pekerjaan yang dilakukannya tidak dilakukan karena dirinya rajin tetapi karena dia melakukannya untuk dirinya sendiri, untuk makan malamnya.

Selama kita masih mengejar surga, selama surga itu terus berada di luar jangkauan kita dan berayun-ayun di depan mata kita, perbuatan baik apapun yang kita lakukan ga akan pernah ada artinya. Inilah penyebab utama kenapa kita tidak bisa memperoleh surga lewat perbuatan baik, karena perbuatan baik apapun yang kita lakukan untuk memperoleh surga pada akhirnya menjadi dosa baru yaitu keegoisan. Ketika seseorang menolong orang lain untuk kepentingannya sendiri, apakah para malaikat bersorak dan Tuhan tersenyum?

Tentu saja kita bisa melatih diri kita dan berusaha tidak egois, masalahnya selama surga itu masih berayun-ayun di depan mata kita, bisakah kita dengan yakin mengatakan kalau kita berjalan sepenuhnya karena kita tulus dan bukannya karena menginginkan surga? Mustahil, selama wortel itu masih bergantung di depan mata, tak ada seorangpun dari kita yang akan bisa yakin kalau motivasi kita untuk berbuat baik sedikit pun bukan karena wortel.

Dan Tuhan tahu itu, sudah terlalu banyak manusia yang datang kepadaNYA dan sambil berlutut, mereka mengeluarkan cincin berlian dan berkata,” Menikahlah denganku. Aku akan memberikan cincin kawin ini untukMU tapi sebagai gantinya Kau harus mengurus rumahku,membersihkan,memasak dan mencucikan bajuku. Terimalah lamaranku…”. Pada dasarnya, yang manusia tawarkan pada Tuhan bukanlah kasih melainkan proses perekrutan pembantu dan negosiasi harga supaya rumah kita tetap bersih,sehat dan aman. Tidak heran Tuhan berkata kalau semua perbuatan kita yang terbaik hanya berupa kain kotor di mataNYA.

Kembali kepada keledai tadi, sekarang pemiliknya udah ganti, bukan Donal lagi tapi Yesus. Dan apa yang Yesus lakukan? Dia mengambil wortel di ujung pancingan dan memberikannya pada keledai tadi. Astaga, bodo banget??? Kalo gitu kan keledainya ga akan mau jalan lagi kalo udah ga ada wortel di depan mata. Bahkan bukan cuma ga mau jalan tapi mungkin malah hidup seenaknya. Mungkin keledai tadi malah sibuk ngejar-ngejar keledai betina dan bukannya kerja. Atau malah beli obat yang engga-engga dari keledai berjaket kulit,berkacamata hitam dan bertato di belokan jalan ( catatan: tidak berarti semua keledai berjaket kulit,berkacamata hitam dan bertato pengedar…) .

Tentu saja Tuhan tahu itu, ketika dia memberikan surga dengan syarat yang amat sangat super duper kebangetan gampang sekali yaitu cukup mengakui Dia sebagai Tuhan, tentu saja Tuhan tahu resikonya. Tapi yang Dia inginkan adalah manusia yang datang kepadaNYA karena mengasihiNYA dan bukan manusia yang datang dengan membawa formulir perjanjian pembantu.

Dan ketika wortel itu Tuhan hilangkan dari hadapan mata kita, sekarang kita bisa melihat dengan jelas. Kita bisa memutuskan apakah kita ingin mengikut Tuhan karena kita ingin mengikut Dia atau karena wortel di sakuNYA.Apakah kita keledai baik-baik ataukah keledai oportunis. Keputusan Tuhan untuk memberikan keselamatan di tangan kita dengan gratis membuka pintu bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Untuk menjadi seperti Tuhan yang melakukan segala sesuatu karena kasih dan bukan karena keegoisan. Untuk memberikan cincin pertunangan berlian dan bukannya formulir perjanjian. Dan untuk mengatakan “Aku mengasihi Tuhan” tanpa harus menggigit lidah sendiri.

Mungkinkah kita sepenuhnya menjadi manusia yang tidak egois? Ga mungkin juga, sampai kita mati pun kita ga akan pernah mempunyai hati yang bener-bener murni. Apapun perbutan baik yang kita lakukan, sedikit banyak pasti akan selalu disertai keinginan –keinginan lain. Mungkin kita tidak lagi melakukan perbutan baik untuk mencicil KPR kita di surga, tapi mungkin kita melakukan perbuatan baik karena mengharapkan berkat, karena kita menginginkan penghormatan dan penerimaan orang lain, karena kita ingin menjadi seseorang yang berarti dan nama kita terukir dengan tinta emas dalam sejarah.

Kalau begitu apa bedanya kita dengan orang lain yang melakukan perbuatan baik untuk mencapai surga, bukankan pada akhirnya kita semua mahluk egois? Nope, ada perbedaan yang sangat jelas. Sama jelasnya dengan perbedaan seseorang yang membayar pelacur dan seorang suami yang memberikan hadiah pada istrinya. Membayar surga dengan perbuatan baik membatasi kita untuk selamanya dalam hubungan jual beli. Hubungan ini ga akan pernah menjadi hubungan kasih karena pada dasarnya memang jual beli, aku memberi A dan Kau memberi B. Tapi, ketika wortel itu dihilangkan, hubungan kita dengan Tuhan bukan lagi jual beli karena ga ada barang yang harus Tuhan berikan pada kita dan ga ada barang yang harus kita berikan pada Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan sekarang menjadi hubungan kasih dan kita punya kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mengikut Tuhan karena kita mengasihiNYA. Tentu saja akan ada keegoisan dalam hubungan kasih kita dengan Tuhan tapi berapapun keegoisan itu ga akan bisa merubah hubungan kasih menjadi jual beli. Sama ga mungkinnya berapapun kasih yang terlibat bisa merubah hubungan jual beli menjadi kasih.

Sebagai tambahan, ada satu pertanyaan lagi yang pengen saya share. Seandainya perbuatan baik ga bisa menebus surga, bagaimana denga hukuman? Bisakah kita menebus surga dengan hukuman? Mungkin dengan cara menyakit diri sendiri atau mungkin diam di neraka beberapa ratus tahun? Well, kita ganti saja wortelnya dengan tendangan. Apakah keledai tadi berjalan karena tendangan atau karena dia keledai baik-baik? Apakah kita menjalani hukuman karena kita menyesali kesalahan kita ataukah karena keegoisan kita mengejar surga? Dan seandainya kita mau menerima hukuman bukan karena menyesal melainkan karena keegoisan kita, bukankah dosa egois ini juga harus dihukum? Dan jika kita mau menerima hukuman dosa egois ini karena kita menginginkan surga bukankah berarti kita melakukan dosa double egois? Dan bukankah dosa double egois ini juga harus dihukum? Dan seandainya kita menerima hukuman dosa double egois ini karena kita menginginkan surga bukankah berarti kita melakukan dosa triple egois? Dan bukankah dosa triple egois ini juga harus dihukum? Dan seandainya kita mau menerima hukuman dosa triple egois ini………………….

Kelihatan Gak Jempol Kakimu...?????

Tundukkan kepala!
Buka mata lebar-lebar!
Apa yang kau lihat? Bisakah kau melihat jempol kakimu?

Sejak kecil, kita mendapat berbagai macam makanan dari orangtua, dari keluarga dan dari teman-teman kita. Terkadang makanan itu makanan sehat, tapi terkadang juga makanan yang kita dapat bukan makanan sehat tapi justru junkfood, makanan tidak sehat. Makanan yang memberati badan kita dan membuat kita sulit berjalan.
“ Kau anak yang seharusnya tidak lahir di dunia ini! „...mendadak sepatu kita menjadi sempit. Kenapa? Karena tiba-tiba saja jempol kita ngegendutin!
„ Orang sepertimu tidak akan pernah berhasil!“....perasaanku saja atau baju jadi tambah sempit ya?
„ Maaf, tapi kelompok ini hanya untuk anak-anak gaul!“…susah juga cari celana ukuran 46…
„ Aku tidak mencintaimu,aku tidak menginginkanmu!“…waktunya ganti cermin baru yang lebih lebar, yang sekarang cuma kelihatan setengah pipi.

Semakin dewasa,semakin banyak junkfood yang kita terima dan semakin menumpuk di hati. Dan tanpa kita sadari, kita semakin berat dan semakin sulit berjalan.Untuk setiap langkah dalam hidup yang kita ambil, sepertinya memerlukan energi yang sangat banyak. Setiap hari, „lemak-lemak“ kegagalan,ketakutan,penghinaan dan penolakan membelit kaki dan tangan kita. Mau lulus ujian? Lemak kau-tidak-akan-pernah-berhasil membuat kita merasa sangat lelah. Mau pacaran? Lemak kau-tidak-layak-tidak-keren-tidak-gaul membuat kepala terasa berat dan menunduk. Mau pelayanan? Lemak tidak-seharusnya-eksis-di-dunia menahan kaki kita.

Dan kita berjalan terhuyung-huyung, bertanya-tanya kenapa hidup terasa sangat melelahkan. Bertanya-tanya apa yang salah dengan diri kita dan bertanya-tanya kenapa dewi kebahagiaan mencibir kepada kita sementara monyet penderitaan bergelayut di kaki.
Dan semakin jauh kita berjalan, napas kita semakin terengah-engah dan dada kita terasa sesak, sesak karena tangisan yang tertahan dan emosi yang terbendung.
Dan kita menyerah....kita terduduk di pinggir jalan kehidupan dan membiarkan orang-orang lain berlari melewati kita.Kita berhenti berjalan dan menelan pernyataan bahwa kita tidak berguna dan tidak diinginkan.
Dan sambil terduduk memeluk lutut, kita terbengong-bengong mengagumi orang-orang lain yang berlari dengan cepat.

Nicki Cruz sangat gemuk! Tidak heran, dia dijejali berbagai macam makanan junkfood dari kecil. Dianiaya secara fisik dan mental sejak kecil, bahkan ibunya sendiri mengatakan kalau Nicki adalah anak setan. Tidak dikasihi dan tertolak, Nicki pergi mencari komunitas yang mau menerimanya. Dan dia menemukan komunitas orang-orang sepertinya, komunitas orang-orang yang gemuk berlemak penolakan. Dan kelompok itu bernama Mau Mau. Nama yang lucu? Ya, sayang sekali perbuatan mereka tidak lucu. Mau Mau adalah gang yang terkenal kejam di jalanan Brooklyn. Dan Nicki hanya perlu 6 bulan untuk menjadi pemimpin mereka!

Sampai seorang hamba Tuhan menemukannya dan mengatakan Yesus mencintai dan menerimanya. Setelah terduduk sekian lama di pinggir jalan, dihindari dan tidak dipedulikan, tiba-tiba saja seseorang mengajaknya berlari lagi! Apakah Nicki mau? Tentu saja tidak! Dia mengancam hamba Tuhan itu, memukul dan mengusirnya berkali-kali. Sayangnya, Yesus juga ngotot dan bersikeras kalau kegemukan itu tidak baik. Sedikit demi sedikit, lapisan demi lapisan lemak penolakan disedot dan Nicki bisa bernapas lega, kesesakan yang dulu menekannya hilang. Bertahun – tahun setelahnya, Nicki berlari-lari lagi di jalan dan mengajak setiap orang gemuk putus asa yang ditemuinya untuk tidak menyerah.

Menjadi dewasa tidak mudah. Terkadang sebagian dari kita dilahirkan di keluarga yang mengasihi dan mendukung kita. Tapi seringkali kebanyakan dari kita terlahir di keluarga yang tidak harmonis, bahkan berantakan . Dan mungkin seperti Nicki, sebagian dari kita terlahir di keluarga yang menganiaya kita. Dan mungkin bukan hanya keluarga tapi juga lingkungan dan teman-teman.
Perkataan mereka,sikap mereka dan perlakuan mereka terkadang menyakiti dan memberatkan kita. Dan sepanjang perjalanan hidup, memori kita dipenuhi kenangan-kenangan yang menyakitkan.

Lelah? Ya!
Sesak? Ya!
Ingin berhenti berjalan dan terduduk membiarkan dunia berputar tanpa kita ikut terlibat di dalamnya? Ya!
Sayangnya, kegemukan itu tidak baik.
Untungnya, Yesus tahu itu.
Karena itu, Dia mengajak setiap kita yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepadaNYA!

Rabu, 26 Januari 2011

The New Costume of Satria fu150


Setelah berbulan-bulan liat-liat gambar dan grafis yang cocok buat satria fu150 akhirnya dapet juga yang kaya gini.....
hehehehehe

Tensoplast Di Jari Tuhan...

Aku melihat banyak pintu – pintu di depanku
Pintu – pintu yang menarik dan bersinar
Pintu – pintu yang menjanjikan banyak hal indah di baliknya.

Dan aku melihat banyak orang berdiri di sampingku
Dan aku melihat mereka berjalan menuju tiap – tiap pintu
Dan mereka masuk melewati pintu itu menuju masa depan di baliknya

Aku berdiri termenung di depan pintu – pintu itu
Dimanakah pintu yang harus kulewati?
Dan apakah ada pintu yang terbuka untukku?

Lihatlah, ada pintu yang setengah terbuka
Tapi…pintu itu terlalu bagus..sangat bagus
Pintu itu terlalu bagus bagi orang sepertiku
Mungkin pintu itu terbuka untuk orang lain

Mataku mencari pintu lain…yang lebih sederhana
Mungkin pintu yang terletak di pojok…
Mungkin pintu yang ukurannya paling kecil…
Mungkin pintu kayu polos tanpa hiasan…

Aku berjalan dari ujung ke ujung mencari pintu milikku
Tapi, setiap aku melewati pintu itu, aku selalu bertanya – tanya
Apa yang ada di baliknya?
Bolehkah pintu itu menjadi milikku?

“ Cukup!!!”
“ Pintu yang setengah terbuka itu menggangguku!!”
“ Pintu itu membuatku memimpikan banyak hal yang bukan milikku!!”
“ Lebih baik kututup pintu itu dan berhenti memimpikannya!!”

Kubanting pintu itu sampai menutup…BRAKKKKK…….......aduh……
Hmmm…apakah aku mendengar suara orang mengaduh???
Hmmm….mungkin hanya perasaanku???
Dan aku duduk di depan pintu – pintu itu, menunggu pintu milikku terbuka

Dan lihatlah, Yesus datang menghampiriku
Dia memegang tanganku dan menarikku berdiri
Aku terheran –heran ketika melihat tanganNYA
Mengapa ? Karena kulihat ada tensoplast di jari tangannya
Tensoplast bermotif garis – garis kulit zebra

“Tuhan, mengapa jariMU terluka? Siapa yang melukaiMU ?”
“ Oh, jariKU tadi terjepit pintu..”
“ Terjepit pintu? Kenapa itu bisa terjadi Tuhan?”
“ Sebenarnya AKU sedang menunggu seseorang di balik salah satu pintu ini. AKU membukakan sedikit pintu itu untuknya supaya dia tahu AKU menunggu di baliknya. Tapi, dia tidak juga membuka pintu itu. “

“Tadinya akan KUbuka pintu itu lebih lebar tapi waktu AKU memegang pintu itu, tiba – tiba pintu itu terbanting menutup dengan keras. Dan karena itulah AKU memakai tensoplast ini.”
“ Dan karena orang itu tidak datang menemuiKU, AKU datang menjemputnya untuk bersama-sama melewati pintu itu ke masa depan yang KUjanjikan”

PS : Mungkin kita merasa masa depan kita suram dan Tuhan tidak akan memberikan masa depan yang berkemenangan. Mungkin kita merasa visi yang Tuhan berikan terlalu bagus untuk kita. Jangan tutup pintu itu karena merasa kita tidak layak untuk melewatinya atau karena kita merasa pintu itu bukan untuk kita. Karena Tuhanlah yang membuka dan menutup pintu, bukan kita..

Minggu, 23 Januari 2011

Momotaro Dan Iblis Hitam

Alkisah, di suatu desa terpencil di kaki gunung, tinggallah sepasang kakek nenek yang sudah tua dan ga punya anak. Suatu hari waktu sang nenek sedang mencuci di sungai, dia menemukan buah persik yang terapung. Dia membawa pulang persik itu pulang ke rumah untuk dimakan bersama si kakek. Waktu nenek mau membelah buah persik itu jadi 2 bagian, dia menemukan seorang bayi kecil di dalam buah persik itu. Mereka membesarkan bayi itu dan memberinya nama Momotaro.

Momotaro tumbuh menjadi anak yang nakal dan seringkali dia pulang ke rumah dalam keadaan kotor dan terluka. Walaupun begitu, kakek dan nenek itu tetap merawatnya dengan baik, memandikan dan merawat lukanya. Perlakuan kakek dan nenek yang baik perlahan-lahan merubah sifat Momotaro menjadi lebih baik dan membuatnya tumbuh menjadi remaja yang bisa diandalkan.

Suatu hari Momotaro mendengar kabar kalau di desa sebelah muncul mahluk yang membuat takut para penduduk. Para penduduk menyebut mahluk itu Iblis Hitam. Momotaro yang ingin membantu penduduk desa sebelahnya memutuskan untuk pergi ke sana dan menghancurkan Iblis Hitam yang mengganggu penduduk. Walapun kakek nenek itu khawatir tapi mereka tahu kalau Momotaro harus pergi dan mencari jalan hidupnya sendiri. Jadi, mereka melepasnya pergi dan memintanya untuk kembali kapanpun juga.

Dalam perjalnan ke desa sebelah, Momotaro bertemu dengan mahluk – mahluk hutan yang ingin ikut dengannya. Mereka adalah seekor burung beo, seekor monyet dan seekor kucing berwarna putih. Mereka juga mendengar berita mengenai Iblis Hitam dan memutuskan ingin memberi pelajaran pada mahluk yang mengganggu ketentraman daerah mereka.

Ketika mereka sampai di desa sebelah, mereka menemukan para penduduk yang datang menyambut mereka dengan gembira. Mereka selama ini merasa takut pada Iblis Hitam yang kerap kali muncul dan membuat anak-anak mereka menangis dan berlari ketakutan. Berulang kali mereka mencoba menyingkirkan mahluk itu tapi selalu gagal.

Momotaro dan ketiga temannya masuk ke pedalaman gunung untuk mencari mahluk itu. Dan belum begitu jauh mereka masuk ke pedalaman, mereka menemukan mahluk itu sedang duduk di dekat sungai. Setelah diperhatikan, mereka bisa mengerti kenapa penduduk desa menyebutnya Iblis Hitam. Mahluk itu berbentuk seperti manusia tapi sekujur tubuhnya berlumuran lumpur berwarna hitam. Sebagian dari lumpur itu sudah mengeras dan sebagian lagi masih basah dan lengket dan sepertinya berbau busuk karena banyak lalat yang mengerubungi tubuhnya.

Mereka bertiga berunding bagaimana caranya menghadapi mahluk ini. Momotaro ingin berbicara dulu dengan mahluk itu untuk mencaritahu kenapa dia menakuti penduduk desa tapi ketiga temannya mencegahnya dan berkata kalau dia tidak perlu bersikap baik kepada iblis. Ketiga temannya memutuskan kalau mereka sebaiknya maju terlebih dahulu sebelum Momotaro untuk memberi pelajaran kepada mahluk itu. Sesuai giliran, burng beo akan maju terlebih dulu, kemudian monyet, kucing dan terakhir barulah Momotaro.

Burung beo terbang berputar di sekeliling mahluk itu dan berkata,” Ini salah, ini sangat salah. Tubuhmu kotor sekali dan baumu sangat memuakkan. Ini salah, ini sangat salah, tidak seharusnya seseorang bisa punya tubuh sekotor dan sebau ini. Ini salah, ini sangat salah, kau tidak seharusnya hidup dekat dengan penduduk desa. Ini salah, ini sangat salah, kau mahluk yang sangat salah”. Burung beo terus menerus berteriak tapi mahluk itu hanya diam saja. Burung beo pun terbang kembali dengan muka puas karena dia sudah mengajar mahluk itu.

Monyet, yang maju sesudah burung beo, bahkan lebih kasar lagi. Dia meloncat-loncat dan menjerit-jerit dengan marah kepada mahluk itu. Monyet mengambil kerikil, batu kecil dan buah busuk dan melemparkannya pada mahluk itu dengan marah. Mahluk itu awalnya hanya menyingkir tapi monyet terus melemparinya sampai akhirnya mahluk itu marah dan berusaha mengejar monyet. Monyet berlari kembali dengan muka puas dan berkata kalau dia sudah membuktikan kalau mahluk itu jahat dan berbahaya dan dia sudah memberinya pelajaran.

Kucing, yang maju sesudah monyet, maju dengan pelan-pelan dan melangkah dengan anggun. Dia duduk di depan mahluk itu dan sibuk membersihkan bulu putihnya dan berkata,” Kau lihat bulu putihku ini?Aku membersihkannya tiap hari sampai seputih ini. Sungguh berbeda dengan dirimu yang kotor itu kan? Kau hitam, berlapis lumpur dan bau sekali. Lihat aku, buluku putih bersih,dan manusia senang memeluk diriku. Lihat dirimu, siapa yang mau dekat dengan mahluk bau dan kotor sepertimu?”. Kucing berbaring sambil bermalas-malasan sambil membersihkan bulunya dan ketika dia melihat mahluk itu hanya diam saja, kucing pergi kembali dengan muka puas karena sudah mengajar mahluk itu mengenai kebersihan..

Momotaro yang maju terakhir, berjalan menghampiri mahluk itu dan duduk di depannya.

“Hai, namaku Momotaro, tapi kau boleh memanggilku Momo. Sepertinya kau bukan mahluk jahat walaupun penampilanmu menakutkan. Siapa kau sebenarnya?”
Mahluk itu membuka mulutnya dan berkata,

“ Aku bukan mahluk jahat, aku juga dulu penduduk desa itu. Aku lahir dan dibesarkan di desa itu dan sampai aku berusia 16 tahun, aku masih hidup bersama mereka. Waktu itu penampilanku masih sama seperti anak lain.”

“ Kenapa kau bisa jadi seperti ini? Kenapa kau bisa berlumuran lumpur?”

“ Aku anak yang nakal. Waktu kecil aku sering pulang bermain dalam kedaan kotor dan berlumpur. Tapi tidak ada orang yang membersihkanku dan aku tidak bisa membersihkan diriku sendiri. Dan entah sejak kapan, lumpur –lumpur yang menempel itu semakin banyak dan menjadi keras bahkan berbau busuk. Pelan-pelan penduduk desa mulai menjauhiku, dan tak lama kemudian mereka mencoba mengusirku”

“ Kenapa mereka ingin mengusirmu?Bukankan kau juga bagian dari mereka?”

“ Mereka takut anak-anak mereka jadi terbawa kotor dan bau kalau bergaul denganku. Dan mempunyai tubuh bau dan kotor sepeti ini berarti tidak ada orang yang mau mempekerjakanku karena semuanya takut terbawa kotor. Aku terpaksa mencuri makanan untuk hidup. Terkadang mereka memergokiku dan mengejarku dan aku terpaksa menakut-nakuti mereka supaya mereka berhenti mengejarku.”

“ Karena itu mereka membencimu?”

“ Karena itu mereka membenciku. Mereka bukan hanya takut padaku tapi mereka juga takut kalau mereka jadi kotor kalau bersentuhan dengan diriku.”

“ Hmmm, kau tahu, aku juga dulu sepertimu. Aku juga anak yang nakal dan seringkali pulang ke rumah dalam keadaan kotor dan belepotan lumpur”
Mahluk itu menatapnya dengan heran dan bertanya.

“ Tapi kau tidak kelihatan kotor sekarang. Kau terlihat bersih bahkan penduduk desa menyambutmu ketika kau datang. Mereka melihatmu bagaikan seorang pahlawan, sangat berbeda degan diriku yang dipandang sebagai iblis. Kenapa kau bisa jadi seperti ini? Bagaimana caramu membersihkan diri?

“ Aku tidak membersihkan diriku sendiri. Ada Kakek Nenek yang mengurusku sejak kecil. Setiap kali aku pulang dalam kedaan kotor, mereka sudah menanti di depan rumah dan berlari menyambutku bahkan ketika aku masih jauh. Mereka menyiapkan air mandi panas yang nyaman dan menyabuni diriku sampai bersih, lengkap dengan bedak dan minyak telon.”

“ Tapi, tidakkah mereka marah ketika kau berulang kali pulang dalam keadaan kotor? Tidakkah mereka menjadi jijik dan membuang dirimu?

“ Tidak, mereka tetap menyambutku. Tentu saja mereka menegurku dan mengajar supaya aku tidak selalu terjatuh dalam lumpur. Tapi, mereka tidak pernah menolakku sekalipun aku jatuh berulang kali. Dan sekarang aku selalu berusaha untuk pulang dalam keadaan bersih karena aku menyayangi mereka.”

“ Kau beruntung. Kau punya Kakek Nenek yang baik, aku tidak punya seorangpun yang seperti itu.”

“ Kalau begitu kenapa kau tidak ikut pulang bersamaku? Kakek dan Nenek pasti mau menerimamu. Dan aku yakin mereka juga akan menyiapkan sabun dan air mandi dan obat-obatan untuk membersihkan dirimu dan menyembuhkan lukamu”

“ Tapi, apa kau tidak takut menjadi kotor kalau bersamaku? Dan bagaimana kalau penduduk desa menghinamu?

“ Jadi kenapa? Aku juga dulunya anak nakal dan sama kotornya. Kalau sekarang aku bersih itu bukan karena usahaku sendiri tapi karena Kakek Nenek yang menyayangiku.”

Jadi, momotaro pulang bersama teman barunya diikuti dengan ketiga temannya yang bersungut-sungut dengan kesal karena mereka merasa tidak sepantasnya mahluk kotor itu berjalan bersama mereka. Mereka begitu marah dan kesal, ketika mereka sampai ke rumah Momotaro dan Kakek Nenek segera memandikan mahluk itu dan menyiapkan makan malam buat mereka, mereka menolak untuk ikut makan bersama-sama. Jadi, ketika Mootaro, teman barunya, Kakek dan Nenek makan malam bersama, burung beo,monyet dan kucing memilih kembali ke dalam hutan.


Kalau hanya sekedar berkata “ ini salah, itu salah”, burung beo juga bisa.
Kalau hanya sekedar marah-marah dan menunjuk-nunjuk dan melempar batu, monyet juga bisa.
Kalau hanya sekedar lenggak lenggok pamer putihnya kekudusan, kucing juga bisa.

PS: OK, cerita ini memang simpel dan childish karena sebenarnya ini cerita yang saya bikin untuk jadi buku anak-anak. Momotaro sendiri sebenarnya legenda rakyat Jepang dan dalam cerita sebenarnya Iblis itu bukan di desa sebelah tapi di satu pulau. Teman seperjalanan Momotaro pun sebenarnya burung, monyet dan anjing. Kenapa di cerita ini jadi kucing? Karena setelah melalui pemikiran mendalam dan pengamatan berbulan-bulan terhadap kucing tetangga yang perutnya suka diiket tali dan ditarik-tarik anak kecil ( …poor cat…), disimpulkan kalau kucing itu lebih pesolek daripada anjing.

Oh, dan mengenai akhir ceritanya, teman baru Momotaro yang tadinya Iblis Hitam sekarang bekerja sebagai penjual bakmi di desa Momotaro.

Kenapa Tuhan Ijinkan Penderitaan...????

Mengapa Tuhan mengijinkan penderitaan? Pertanyaan paling umum yang sudah menghantui dunia mungkin sejak awal manusia jatuh dalam dosa. Kalau Tuhan itu begitu baik dan penuh kasih,kenapa Dia mengijinkan penderitaan. Ada yang berkata penderitaan muncul karena kesalahan manusia sendiri yang jatuh dalam dosa. Walaupun terdengar sebagai jawaban yang final dan secara langsung sepertinya jawaban ini menyatakan,” Jangan protes,ini salahmu sendiri. Tutup mulut dan terima saja”, tidak banyak orang yang bisa menerima jawaban ini. Adalah satu hal yang berbeda ketika seorang pembunuh kemudian menderita di penjara dengan seorang anak tak berdosa yang dibuang orangtuanya karena merupakan anak haram. Atau anak kecil yang menderita kelaparan dan kurang gizi di negara-negara dunia ketiga. Atau anak kecil yang mati karena terkena bom di daerah perang. Apa salah mereka dan dimana keadilan Tuhan? Dimana kasih Tuhan? Adilkah seorang anak yang belum tahu salah dan benar kemudian harus mati unutk dosa yang dibuat oleh nenek moyangnya, Adam dan Hawa?

Selain kekacauan yang ditimbulkan gereja selama berabad-abad,pertanyaan ini mungkin menjadi alasan yang paling utama bagi seseorang untuk membuang agama dan menjadi atheis. Kalo menurut saya,teori evolusi bukanlah penyebab kenapa seseorang menjadi atheis tapi lebih merupakan pendukung atau alasan yang dapat diterima akal sehat untuk mengatakan Allah itu tidak ada. Saya pikir kebanyakan atheis tidak mengakui Allah bukan karena alasan yang murni berdasarkan akal sehat, tapi karena mereka tidak dapat menerima Allah. Alasannya bermacam-macam, mungkin karena mereka tidak dapat membuang gaya hidup yang berlawanan dengan Allah. Seseorang tidak mungkin menjadi gay tapi tetap mengakui Allah. Hanya ada 3 pilihan, tidak mengakui adanya Allah, mengambil cerita tentang Daud dan Yonatan dan mengatakan kalau Allah merestui homosexualitas,atau berusaha lepas dari ikatan homosexual dan bergantung pada kasih karunia Allah. Lee Strobel,seorang penulis buku terkenal, memulai karirnya sebagai seorang atheis. Dia berencana menulis buku yang menunjukkan bahwa Alkitab dipenuhi kebohongan dan tidak dapat dipercaya yang justru berakibat sebaliknya,Lee menemukan Alkitab itu benar dan dapat dipercaya. Tapi walaupun akal sehat Lee tahu bahwa Tuhan itu ada dan benar,dia tetap menemui kesulitan untuk mengambil pilihan meninggalkan gaya hidupnya yang tidak sesuai Alkitab untuk mengikut Tuhan. Lee memilih mengikut Tuhan dan bukunya menjadi berkat bagi banyak orang.

Alasan lain seseorang menjadi atheis adalah karena mereka tidak dapat menerima Tuhan yang mengijinkan penderitaan. Tuhan yang mengijinkan kelaparan dan perang dan eksploitasi anak-anak, menurut mereka tidak akan pernah ada. Saya pernah membaca di satu buku yang dikarang Philip Yancey yang bercerita tentang seorang teman Billy Graham yang menjadi atheis. Orang ini memulai pelayanan pada waktu yang sama dengan Billy Graham dan sama-sama sebagai penginjil. Pelayanan keduanya tumbuh sampai pada satu titik orang ini mempertanyakan kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan karena dia melihat foto seorang anak di Afrika yang kelaparan. Tidak bisa menerima Allah yang mengijinkan penderitaan,orang ini memilih untuk menolak Allah dan menjadi atheis. Dan memang pertanyaan ini seringkali menyandung bukan hanya orang Kristen tapi juga agama lain. Ada yang berpendapat itu karma dari hidup sebelumnya dan ada yang berkata itu akibat dosa, tapi itu sulit menjelaskan bagaimana mungkin semua penduduk suatu daerah yang terkena bencana gempa atau tsunami semuanya punya karma yang jelek atau semuanya secara bersamaan harus bayar dosa, termasuk anak-anak. Dan suka ga suka suatu saat nanti kita,orang Kristen,akan berhadapan dengan pertanyaan ini. Kalaupun tidak ditanya orang lain,cepat atau lambat kita sendiri akan sampai pada pertanyaan ini. Apa yang akan saya tulis selanjutnya mungkin bukan jawaban yang terbaik, tapi ini jawaban yang saya dapat dan buat saya ini cukup.

Suatu ketka seseorang naik Halilintar di Dufan, sesudah turun dia ditanya gimana rasanya oleh temannya yang tidak ikut naik. Dia bilang,” Ngeri tapi senang,seru banget”. Dengan jawaban seperti ini, bisakah temannya yang ga ikut naik itu ngerti gimana rsanya naek halilintar? Paling dia bingung, kok bisa senang tapi ngeri?

Lain waktu seeorang makan mie di satu restoran, sesudah makan dia ditanya oleh temannya yang ga ikut makan soal gimana rasanya. Dia bilang,” Pedes tapi enak”. Apakah dengan dia mendengar jawaban seperti itu dia bisa tahu gimana rasanya?

Pertanyaan mengenai kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan bukan pertanyaan yang bisa ditanyakan sementara kita hidup berkecukupan dan ga kurang suatu apapun. Jawaban kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan hanya bisa dimengerti oleh orang yang sedang dalam penderitaan atau pernah menderita. Seperti halnya ketegangan naik halilintar dan rasa mie hanya bisa dimengerti oleh mereka yang naik dan makan,arti dari penderitaan hanya bisa dimengerti oleh orang yang mengalaminya. Seseorang yang hidupnya berkecukupan dan ga pernah merasa susah ga akan pernah mengerti kenapa Tuhan ijinkan hal itu . Seperti seorang penonton yang duduk di tepi lapangan dan sibuk berteriak mengatakan pemainnya bodoh dan wasitnya ga adil, penonton ini ga akan pernah mengerti jalannya pertandingan itu sendiri kecuali dia sendiri ikut dalam pertandingan.

Nick Vujicic adalah pelayan Tuhan yang ga punya tangan dan kaki. Bagi orang lain yang melihat, mungkin ada yang berpendapat kalo Nick adalah bukti kekejaman Allah yang mengijinkan lahirnya seseorang dengan cacat tubuh. Bagi orang atheis, Nick mungkin bukti yang menambahkan bahwa Allah yang mengijinkan hal seperti ini tidak mungkin ada. Nick sendiri bergumul dengan kenyataan ini, dan meyadari di kemudian hari bahwa kekurangannya justru menjadi senjata terhebat baginya untuk menceritakan tentang Tuhan. Seperti yang dikatakannya di KKR yang saya datangi,” Kalo seseorang seperti saya saja bisa dipakai Tuhan,apalagi kalian yang normal dan punya lebih banyak hal daripaya saya”. Nick tahu arti penderitaan dan dia menemukan jawabannya. Tapi jawabannya hanya bisa dimengerti sepenuhnya oleh Nick sendiri, diterima sebagian oleh sebagian orang dan mungkin ditolak seluruhnya oleh orang – orang yang tidak bisa menerima Tuhan yang mengijinkan Nick terlahir seperti ini.

Corrie Ten Boom kehilangan seluruh keluarganya di kamp Nazi selama perang dunia 2 karena Corrie dan keluarganya menyembunyikan orang Yahudi dari kejaran tentara Nazi. Setelah bertahan hidup di tengah penderitaan dan kehilangan semua keluarganya karena perbutan baik yang mereka lakukan, Corrie tidak keluar dari kamp sebagai orang yang pahit dan menolak Tuhan. Justru sebaliknya, Corrie berkotbah keliling menceritakan kebaikan dan kebesaran Tuhan. Bagi sebagian orang, Tuhan yang mengijinkan Nazi Jerman berkuasa dan membunuh banyak orang akan tampak sebagai Tuhan yang kejam dan tidak mempedulikan umatNYA. Tapi bagi Corrie, Tuhannya adalah Tuhan yang mampu menjangkau sampai tempat yang tergelap sekalipun.

Di buku Max Lucado yang baru yang judulnya The Cure for The Common Life, di Indonesia judulnya jadi “Temukan Sweet Spot Anda”, Max bercerita tentang seorang tahanan di Cina yang ditahan karena iman Kristennya. Di penjara dia harus mengurus pekerjaan yang paling dihindari semua tahanan dan penjaga yaitu mengurus kotoran manusia untuk dijadikan pupuk. Bagi sebagian orang, cerita ini mungkin menjadi bukti Tuhan yang mempermainkan umatNYA, tapi bagi tahanan ini tempat penampungan kotoran adalah tempat yang terindah baginya. Saking bau dan kotornya, penjaga penjara pun tidak mau mendekat ke tempat ini. Dan tahanan ini bersyukur karena tempat ini satu-satunya tempat di penjara yang tidak dijaga ketat dan karenanya dia bisa berdoa dan memuji Tuhan di sana dengan bebas tanpa takut diketahui penjaga.. Tempat penampungan kotoran ini menjadi taman pribadi baginya.

Buat saya pribadi, saya ngerti gimana rasanya susah. Saya tahu gimana rasanya kelaparan. Saya tahu gimana rasanya ditolak orang lain dan saya tahu gimana rasanya hidup hanya untuk hari ini tanpa mikir esok hari, hidup tanpa tahu masa depan itu ada atau ngga.Dan saya belajar justru di masa susah itulah saya mencari Tuhan karena ga ada lagi yang bisa diandelin selain Tuhan. Kalo saya hidup dengan nyaman, mungkin saya ga akan pernah nyari Tuhan karena saya ga akan pernah merasakan kebutuhan akan Tuhan.

Tentu saja saya tahu masih banyak orang yang lebih susah dari saya dan juga mempertanyakan kenapa Tuhan mengijinkan hal itu terjadi padanya. Bahkan, terlepas dari tingkat beratnya kesusahan,semua orang cepat atau lambat akan menanyakan pertanyaan yang sama,” Kenapa Tuhan mengijinkan ini terjadi? Kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan di dunia?”. Saya mengerti jawabannya,Nick mengerti,Corrie mengerti dan tahanan itu juga mengerti. Tapi jawabannya ga akan bisa dimengerti kecuali kita sendiri mengalami kesusahan dan dalam kesusahan itu memanggil Tuhan.

Ketika Yesus menyembuhkan seorang yang buta sejak lahirnya ( Yoh 9 ),murid-muridnya bertanya pada Yesus siapa yang berbuat dosa sehingga orang ini dilahirkan buta,apakah dirinya sendiri atau orangtuanya? Dan Yesus menjawab bukan keduanya, orang ini dilahirkan buta karena pekerjaan – pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam orang buta ini. Kenapa Nick terlahir dengan kekurangan fisik? Supaya pekerjaan Allah dinyatakan dalam dia. Dan kenapa Corrie harus masuk kamp dan kehilangan seluruh keluarganya? Supaya pekerjaan Allah dinyatakan dalam dia.

Bisakah semua menerima jawaban seperti ini? Tidak, sebagian orang akan menganggap jawaban seperti ini hanyalah penghibur belaka, suatu kebohongan yang ditiupkan gereja untuk menyenangkan hati jemaatnya. Bagi sebagian orang,jawaban ini akan terlihat sebagai kurangnya akal sehat karena sudah dicuci otak oleh agama, bahwa Tuhan hanyalah candu dan permen yang membuat orang-orang yang kesusahan tidak gila dan membuat kekacauan. Bagi saya,saya ga peduli dengan omomgan orang lain. Saya sudah ikut bertanding dan saya tahu apakah Wasitnya adil atau tidak, sekalipun penonton bilang Wasitnya tidak adil dan pemainnya bodoh, saya ga peduli.

Kalau ada yang bingung sesudah baca dari atas sampai bawah, “..Terus jawabannya apa? Kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan?” Saya cuma bisa bilang, untuk tahu rasa ayam goreng di suatu restoran hanya bisa dimengerti kalo kita pernah makan ayam itu. Dan jawaban kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan hanya bisa dimengerti kalau kita sendiri pernah mengalmi kesusahan dan memanggil Tuhan. Selama kita masih berdiri di luar pertandingan,kita akan sulit untuk mengerti.

Walaupun saya bisa bilang saya mengerti kenapa Tuhan mendatangkan kesusahan dalam hidup saya, itu bukan berarti saya bisa tahu alasan kenapa Tuhan mengijinkan gempa atau tsunami yang membunuh ribuan orang. Saya ga tahu kenapa Tuhan mengijinkan perang dan kelaparan membunuh jutaan orang. Tapi saya bisa menerima kalo Tuhan mengijinkan hal itu bukan karena ga ada Tuhan atau karena Tuhan kejam, tapi karena dia punya tujuan. Apa tujuan itu? Saya ngga tahu tapi kalau Tuhan punya tujuan dengan membiarkan kesusahan terjadi dalam hidup saya,saya yakin Tuhan juga punya tujuan untuk semua kesusahan di dunia.

Sebagai tambahan, Billy Graham juga menghadapi pertanyaan yang sama seperti temannya,” Kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan?”. Tapi sementara temannya menolak Tuhan dan menjadi atheis, Billy Graham berlutut dan berdoa dan menyatakan walaupun dia tidak tahu tujuan Tuhan mengijinkan penderitaan di dunia ,tapi dia tetap menerima dan percaya pada Tuhan.

TES : Orang Kristen apa Orang Gila......

Hal paling traumatis yang pernah saya alami waktu kecil adalah dipeluk orang gila. Gimana rasanya? Ya kaya dipeluk orang gila, cobain aja sendiri gimana rasanya deh. Ceritanya terjadi waktu saya masih kelas 4 SD dan waktu itu saya lagi maen sama temen saya ke satu supermarket. Waktu pulang, ternyata di depan supermarket itu ada orang gila yang lagi duduk. Tahu darimana orang gila? Soalnya dia pakai kemeja pink dengan celana ijo dan kaos kaki item bertotol-totol kuning ? Ya nggalah, tau sendiri orang gila kaya gimana, pakean kotor,rambut gimbal dan ngomong-ngomong sendiri. Dianya sih diem aja dan ga keliatan mau ngapa-ngapain jadi kita lewat aja di depannya dengan cuek. Dan tiba-tiba, jreng..jreng,,jreng, dianya bangun dan meluk pinggang gw. Namanya anak 4 SD ya paniklah, langsung gw berusaha kabur dan lari sambil pegangan ke baju temen gw yang, nyebelin banget, juga berusaha lari ninggalin gw yang lagi dipeluk orang gila. Akhirnya sih gw berhasil lepas dan langsung lari sambil deg-degan. Walaupun kaget tapi ga kenapa-kenapa sih soalnya orang gilanya juga ga mukul ato gimana. Yang nyebelin justru sampe sekarang gw masih nyimpen kesumat sama temen gw yang berusaha kabur ninggalin gw. Ferdinand! Kalo lu kebetulan baca tulisan gw, ati-ati aja ya kalo di jalan. Ngancem? Nggalah, maksudnya di Jakarta kan lalu lintasnya padet jadi harus ati-ati di jalan gitu.

Jadi, apakah maksud cerita di atas? Apakah orang gila itu melambangkan dosa atau saya mau cerita soal pertemanan sejati? Sebenarnya sih ga ada artinya, saya cuman cerita sedikit soal dendam masa kecil ini soalnya saya pengen nyerita sedikit soal orang Kristen dan orang gila. Apakah ada bedanya antara orang Kristen dengan orang gila? Pasti jelas beda lah, kita semua tahu orang gila itu kaya gimana. Baju kotor,rambut gimbal dan suka ngomong marah nangis sendiri. Atau kalaupun dia masih punya keluarga yang ngurus tetep saja kelakuannya ngomong marah nangis sendiri dan sepertinya dia ga peduli dengan keadaan sekitar. Tentu saja beda dengan orang Kristen yang pake baju rapih dan melayani di gereja kan? Tentu saja bagi orang dunia yang tidak mengenal Yesus, kita tampak seperti orang gila yang mempercayai sesuatu yang tidak terlihat, mungkin tampak sama konyolnya dengan orang yang mengaku diculik alien. Tapi bukan ini yang ingin saya bahas karena saya ga peduli dengan pandangan orang lain. Yang ingin saya tahu, ketika saya memandang diri saya di depan cermin apakah yang saya lihat? Orang Kristen beriman ataukah orang gila yang berhalusinasi?

Kenapa seseorang menjadi gila? Selain karena masalah yang disebabkan karena alasan-alasan fisik seperti kerusakan syaraf atau otak karena berbagai hal, menurut saya seseorang menjadi gila karena dia tidak kuat menanggung trauma. Misalnya, seseorang yang kehilangan suami yang disayanginya kemudian beranggapan kalau suaminya masih hidup dan tetap mengobrol dengannya seperti biasa walaupun bagi orang lain tentu saja dia terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri. Ketika seseorang menghadapi trauma yang sangat menyakitkan atau kedaaan yang menyedihkan, umumnya kita menghadapinya dengan menangis dan marah atau mengutuk atau banyak makan untuk menghadapi kenyataan itu. Tapi bagi sebagian orang, kenyataan itu terlalu menyakitkan untuk dihadapi samapai-sampai mereka menyangkal kenyataan tersebut dan membuat dunia sendiri dimana kenyataan itu tidak pernah terjadi. Dalam dunia yang mereka buat, kenyataan yang menyakitkan itu tidak pernah terjadi dan mereka memilih untuk tetap tinggal di dalam dunia impian itu.

Dalam dunia nyata mungkin suaminya meninggal tapi dalam dunia buatannya suaminya tidak meninggal dan setiap hari dia tidak kesepian karena suaminya tetap ada di sampingnya. Masalahnya hanya mereka yang tahu dan bisa tinggal di dalam dunia buatan mereka sendiri itu. Kita sebagai orang normal yang tinggal dalam dunia nyata tentu saja melihat mereka sebagai orang aneh. Saya pernah baca di satu artikel, tapi lupa dimana, tentang seorang ahli jiwa yang mengatakan menyadarkan orang gila mungkin merupakan tindakan yang kejam karena mungkin mereka lebih bahagia hidup dalam dunia mereka yang sempurna daripada menghadapi dunia nyata yang menyakitkan. Pada dasarnya orang gila adalah seseorang yang menghindari kenyata dan lari ke dalam dunia sempurna buatan mereka sendiri dan menyangkal realita.

Dan siapa dari kita yang ga mau melakukan hal itu? Ketika kita merasa sedih, tidakkah kita terkadang berharap kalau kita bisa sepeeti burung unta yang memasukkan kepalanya ke dalam lubang gelap di tanah dan melupakan kenyataan apapun yang ada? Seandainya kita punya kekuatan untuk membuat dunia sempurna dan tinggal di dalamnya tidakkah kita akan langsung menggunakan kekuatan itu? Sayangnya dunia nyata tidak bisa dirubah dengan simsalabim abrakadabra hocuspocus dan kita terpaksa mencari cara lain untuk menghindari kenyatan. Sebagian dari kita membuat dunia sendiri dan berhalusinasi, sebagian mungkin memilih alkohol atau obat untuk melupakan realita dan sebagian lagi, anehnya, mengambil agama dan menyebutnya iman.

Ada perbedaan yang sangat tipis antara beriman dan melarikan diri seperti orang gila. Mungkin terlalu tipis sampai terkadang kita tidak menyadari jalan mana yang sedang kita ambil. Seberapa tipis? Seorang Kristen dengan semangat mengatakan kalau kematian tidak menakutkan baginya, bahwa kematian adalah hal yang menyenangkan karena dia bisa bertemu dengan Yesus. Dan dengan semangat dia mengatakan kalau dia ingin mati muda supaya bisa cepat bertemu Tuhan.Bagaikan seorang kekasih yang tidak sabar ingin segera pulang untuk bertemu kekasih hatinya yang tinggal di negeri jauh dan kerinduannya terdengar sangat romantis dan semua orang yang mendengar berkata “Awwww, so sweet”.

Tapi apa yang terlihat sebagai iman dan kerinduan mungkin hanya ilusi. Kenyataannya, orang Kristen ini tidak punya keluaga, tidak punya tujuan hidup dan tidak punya seseorang yang disayangi.Kenyataan di depan mata bukanlah kenyataan yang menyenangkan tapi kesepian yang menyakitkan. Dan ketika realita tidak menyenangkan, dia memilih untuk lari dan berharap Tuhan segera memanggilnya ke surga. Keinginannya pergi ke surga bukanlah karena kerinduan pada Tuhan, kerinduan untuk pulang ke rumah Sang Kekasih bukanlah karena dia mencintai kekasihnya tapi karena pekerjaan di kantor terlalu berat.

Tidak sulit untuk mati dan pulang ke surga, tapi tetap hidup dan menghadapi kenyataan dan menghasilkan sesuatu dalam hidup yang bisa dengan bangga kita bawa pulang ke hadapan Tuhan adalah hal yang sangat sulit. Berani mati untuk Tuhan tidak selalu berarti lebih berani dari seseorang yang memilih hidup untuk Tuhan. Seandainya orang Kristen ini dipanggil pulang ke surga, apakah dia senang karena akan menemui Tuhan ataukah lega karena akhirnya lepas dari realita yang menyakitkan? Buat saya, sikap saya meremehkan kematian dan keinginan pulang ini bukanlah iman tapi cara saya untuk berusaha lari dari realita.( Ya, saya orang Kristen dalam cerita di atas….)

Hanya karena kita lari kepada Tuhan bukan berarti itu iman. Oh, kita semua memang pada umunya baru nyari Tuhan dalam masa-masa sulit. Ga ada yang salah ketika kita menghadapi realita yang menyakitkan dan kita langsung berteriak memanggil Tuhan. Tuhan memang mengijinkan hal-hal buruk terjadi supaya kita memanggil namaNYA. Tapi ada perbedaan yang jelas antara seorang anak yang kesulitan mengerjakan PR dan kemudian memanggil ayahnya untuk membantunya mengerjakan PR itu dengan seorang anak yang juga kesulitan mengerjakan PR dan memanggil ayahnya dan kemudian lari ke pojok sambil menutup mata dan telinga dan berharap ayahnya mengerjakan semua PR itu baginya. Keduanya menghadapi PR yang sama, keduanya menghadapi kesulitan, keduanya memanggil ayahnya dan percaya kalau ayahnya bisa menyelesaikan PR itu tapi sementara anak yang pertama bernama iman, anak yang kedua melarikan diri dari realita dan masalah.

Saya selalu suka perumpamaan tentang iman yang ditulis Max Lucado, “ Iman adalah burung yang bernyanyi di saat hari masih gelap”. Iman adalah burung yang membuka matanya, mengetahui kalau di sekelilingnya masih gelap tapi tetap memilih untuk bernyanyi. Dan burung gila adalah burung yang menutup matanya, berhalusinasi kalau matahari sudah terbit dan kemudian berkicau.

Masih kurang jelas soal perbedaan antara orang Kristen dan orang gila? Ok, saya masih punya satu cerita lagi walaupun kali ini bukan tentang saya. Seorang teman pernah berkata kepada saya kalau orang Kristen sebaiknya jangan terlalu banyak nonton berita karena berita sekarang isinya cuma kejahatan kriminal dan kekejaman,bencana alam dan kesusahan dan semua berita itu berpotensi melemahkan iman kepada Tuhan. Orang Kristen sebaiknya lebih rajin baca Alkitab daripada denger berita-berita tentang dunia yang ga penting, dengan begitu kita bisa punya iman dan pengenalan yang lebih kuat tentang Tuhan.

Seorang suami punya kebiasaan yang aneh, setiap kali malam tiba dia selalu mengambil penutup mata dan menolak untuk melihat istrinya. Kenapa? Karena istrinya tidak memakai make-up dan dia menolak untuk melihat istrinya tanpa make-up. Dia cuma mebuka penutup matanya di pagi hari waktu istrinya sudah selesai mandi dan berdandan. Ketika ditanya kenapa dia bersikap seperti itu, alasannya karena dia takut dirinya tidak mencintai dirinya istrinya lagi kalau dia sampai melihat istrinya dalam keadaan tidak cantik. Supaya dia tidak meninggalkan istrinya makanya dia memakai penutup mata supaya dia tidak melihat istrinya pake daster butut, rol rambut di kepala, masker muka lengkap dengan irisan ketimun di mata dan mulut yang ileran di waktu tidur. Cinta yang murni dan sejati kan?
Yah, cerita diatas cuma pemisalan dan dalam kenyataan ga ada suami gila kaya gitu.

Atau ada? Ada banyak hal yang terjadi di dunia di sekeliling kita, ada hal baik dan ada hal buruk, bahkan sangat buruk. Tapi itu tetaplah dunia yang kita tinggali, dunia tempat Tuhan bekerja, dunia yang dibentuk dan diatur oleh Yesus. Seberapa pun mengerikan dan menjijikkan, dunia yang kita tinggali adalah dunia yang diijinkan tuhan untuk tetap eksis. Dunia orang Kristen bukankah hanya di dalam gedung gereja dimana semua orang saling sopan santun dengan yang lainnya, ketika orang sehat menengok orang sakit dan orang yang kehilangan orang yang disayanginya dikuatkan oleh pelayan gereja, ketika semua orang merayakan Natal sambil berpegangan tangan dan menerima hadiah, ketika anak-anak berlarian di sekolah minggu dalam kostum kelinci dan mencari telur yang tersembunyi.

Dunia yang kita tinggali adalah dunia yang sama dimana anak-anak kecil dijual untuk kepuasan seksual orang-orang yang seumuran dengan usia ayah bahkan kakeknya, dunia di mana ada anak – anak yang kelaparan, dunia dimana seorang suami memukuli istri dan anaknya, dimana para wanita dipajang di etalase dan diperlakukan seperti barang, dunia di mana seorang anak kecil ditelanjangi, dijebloskan ke dalam kandang anjing, difilmkan dan filmnya dijual di internet untuk orang-orang sakit jiwa, dunia dimana seorang dokter bernama Mengele bisa mengoperasi tawanan kamp konsentrasi tanpa obat bius untuk mengetahui ketahanan mereka atas rasa sakit. Semuanya terjadi di dunia di sekeliling kita dan karena alasan yang amat sangat sulit dimengerti, Tuhan mengijinkan semua itu terjadi.

Tuhan yang kita sembah di dalam gereja dan Tuhan di luar gereja yang mengijinkan semua hal itu terjadi adalah Yesus yang sama. Tapi seperti suami gila dalam cerita di atas, kita menutup mata dengan alasan kita takut kehilangan cinta kita pada Tuhan. Cinta yang murni dan sejati?

Billy Graham mempunyai seorang rekan sepelayanan di masa mudanya, keduanya melayani Tuhan dengan kesungguhan yang sama, sampai pada satu titik. Keduanya menghadapi pertanyaan yang sama, kenapa Tuhan yang penuh kasih mengijinkan terjadinya penderitaan di tengah dunia? Kenapa ada kelaparan dan penderitaan di berbagai tempat? Bagaimana mungkin Allah yang penuh kasih berdiam diri melihat semua itu? Billy Graham memilih untuk tetap percaya pada kebijaksanaan Tuhan sementara temannya menjadi seorang atheis.

Ketika kita melihat bagian terhitam dunia,bisakah kita meragukan Tuhan? Ya! Mungkinkah kita meninggalkan Tuhan? Ya! Apakah lebih baik kita menutup mata dan duduk di pojok? Bagi saya ngga. Saya ingin melihat semua yang terjadi yang Tuhan ijinkan, tidak peduli apakah itu terlihat baik atau tidak, sekalipun itu mungkin beresiko menjadikan saya seorang atheis.Kenapa? Karena tidak adil bagi Sang Istri kalau saya memakai penutup mata, karena yang saya berikan kepadaNYA bukanlah cinta tapi kebohongan. Tidak peduli apakah itu daster butut atau masker menyeramkan, saya ingin mengenal Sang Istri sepenuhnya.

Jadi, apakah kita orang Kristen atau orang gila?

Tergantung, apakah kita menghadapi kenyataan bersama Tuhan atau lari ke pojok dan menghindari kenyataan.

Panda di Taman

Terkadang, kita mengalami perjumpaan-perjumpaan yang aneh…perjumpaan yang tidak biasa..tidak disangka-sangka dan tiba-tiba…yang membuat kita terkejut dan tak tahu harus berkata apa. Seperti itulah perjumpaan kami…

“Srek…srek..krosak…”
Bunyi aneh yang mncul dari semak-semak di sebelah kanan bangku yang kududuki. Ah, mungkin itu cuma kucing..lagipula sore hari di taman seperti ini pasti banyak kucing yang berkeliaran. Dan aku kembali menyandarkan punggungku di kursi dan mengamati satu keluarga yang sedang piknik. Di bawah matahari sore, 2 anak yang berlarian kejar-kejaran dan ayah yang membawa keranjang makanan dan ibu yang berjalan di sebelahnya tampak bagaikan image yang diambil dari sampul majalah keluarga. Dan aku tersenyum…tersenyum karena dunia ini indah.

“Srek..”
Suara itu muncul lagi…mungkin kucing yang sama..rasanya aku masih punya tuna sandwich sisa tadi siang, mungkin dia mau. Dan aku membuka tasku dan mengambil sisa sandwich dan memanggil ,” Pus…meong…keti..felix..bambang…hanibani…..”
“Srekkkk”
Sesuatu yang berwarna hitam putih muncul….punya 2 telinga…buntut pendek bulat..berjalan dengan 2 kaki ????
Dan di hadapanku muncul seekor…atau lebih tepatnya sebuah boneka panda !
Dan untuk sesaat kami berdua diam dan berpandangan…

„ Halo“, boneka panda itu bersuara
„ Kalau kau tidak menginginkan lagi sandwich itu, boleh itu untukku ?“
Tanganku terulur dengan sendirinya
„ Boleh aku duduk di sebelahmu? „
Aku mengangguk

Aku terkejut bukan karena boneka panda yang muncul, tapi karena kondisi boneka itu.
Tangan kirinya sepertinya tertarik robek dan tidak dijahit lagi, dan isi kapas mengintip dari tempat yang seharusnya pundaknya.
Matanya hilang satu dan di lehernya tampak melilit sehelai kain kotor yang sepertinya dulunya syal.
Dan hampir seluruh badannya dikotori tanah dan tempelan daun kering.
Tapi sepertinya dia tidak peduli dan sudah terbiasa, walaupun tangannya kotor tapi dengan santai dia makan sandwich. Tapi ...yah,boneka kan tidak bisa sakit perut...

„ Kau terpisah dari keluarga yang memilikimu?“
Dia menoleh , „ Tidak, aku tinggal di taman ini“
„ Kemana keluarga yang memilikimu? Apakah mereka tidak mencarimu?“
„ Tidak, aku tidak punya keluarga“
Caraya mengucapkan kata „keluarga“ terasa berbeda..terasa dingin..dan membuat rasa keingintahuanku muncul.
“Tapi, bukankah setiap boneka dimiliki oleh sebuah keluarga?“
Dia menghabiskan gigitan terakhir rotinya dan berkata , „ Mungkin dulu aku punya keluarga, tapi mereka tidak membutuhkan mainan rusak. Jadi aku pergi dan tinggal sendiri di taman ini. Kau bisa melihat keadaanku kan? Kau bisa melihat kalau aku rusak...damage....“

“Tapi, pastinya waktu kau pertama kali dibuat, kau tidak rusak kan? Pastinya kau sebuah boneka yang dibuat dengan sebaik mungkin dan dibuat untuk membahagiakan sebuah keluarga. Pastinya kau bukan boneka yang gagal produksi....“ , protesku.
Dia tersenyum....atau setidaknya kupikir dia tersenyum karena muka boneka itu tidak berekspresi...tapi setidaknya rasanya di matanya yang hanya satu itu kulihat sekilas senyum...
„ Kau orang baik...terimakasih. Tapi apakah itu pentng? Mungkin kau benar, mungkin aku terlahir sempurna. Mungkin kau salah, dan aku ini barang cacat produksi. Tapi, saat ini, bagaimanapun kedaanku dahulu, aku hanyalah barang rusak yang dibuang orang. Seperti yang kau lihat, sekarang aku rusak, 5 tahun lagi akau akan tambah rusak,10 tahun lagi aku akan sangat rusak dan 20 tahun lagi mungkin aku akan jadi alas salah satu sarang burung di taman ini. Apa pentingnya dahulu aku bagaimana? „
Dan aku terdiam

„ Tapi...aku mengenal seorang Pembersih yang hebat...aku yakin dia akan bisa memperbaikimu dan membuatmu jadi boneka yang bagus lagi „
Kali ini dia tertawa
„ Seharusnya sudah kuduga kalau kau kenalan si Pembersih. Terimakasih, tapi Pembersih itu hanya kabar gosip saja. Sejujurnya, aku tidak percaya kalau dia ada. Bahkan, kalaupun Dia memang ada, kerusakanku sudah terlalu parah dan tidak bisa diperbaiki lagi,aku hanya akan menyusahkannya .”
“ Lagipula, jangan tersinggung, tapi ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang mengaku kenalan Pembersih. Kau tahu, hidup sebagai boneka buangan membuatku sedikit lebih peka terhadap pandangan mata orang. Dan dari sebagian kenalan Pembersih itu, mereka punya pandagan mata yang sangat menolak dan sebagian lagi, walaupun mereka berusaha menyembunyikan mata mereka,tapi aku tahu aku tidak diinginkan. Jadi, seandainya Pembersih itu ada pun, kalau kenalannya saja tidak menginginkanku, apalagi Dia sendiri kan? “

“ Kalau begitu, bagaimana kalau kau ikut ke rumahku? Kau bisa bertemu keluargaku dan mungkin suatu hari nanti kau mau ikut bersamaku menemui Pembersih“
Dan sekali lagi dia tersenyum....atau kurasa dia tersenyum
„ Kau baik...tapi hanya karena kau baik bukan berarti semua keluargamu baik. Kau lihat sendiri, badanku kotor penuh tanah, aku akan mengotori rumahmu dan membuat masalah. Apakah keluargamu akan sabar dan diam saja ? Kau tahu, sekalipun kau memandikanku hari ini, sisa kotoran yang ada dalam tubuhku mungkin akan memerlukan waktu bertahun-tahun sampai bersih, kalau bisa bersih. Dan bagaimana dengan anak-anak di keluargamu? Mereka masih sanagt kecil, mungkin mereka akan tertular kuman dari tubuhku dan menjadi sakit. Kalau keluargamu menolakku, apa yang akan kau lakukan? Apakah kau pergi bersamaku dan tinggal di taman ini? Ataukah kau akan membela keluargamu dan membuangku? „
Dan aku kembali terdiam

„ Tapi...kau sendirian di sini....“
„ Tidak apa-apa, aku punya teman kok“, jawabnya.
„ Kau punya ? Apakah mereka teman yang baik? „
„ Terkadang, ada 2 orang anak yang datang ke taman ini dan bermain denganku. Memang mereka mainnya agak kasar, tapi mereka baik. Mereka bermain lempar-lemparan dengan menggunakan diriku, tangan kiriku yang robek ini terjadi waktu kami main lempar-lemparan. Dan terkadang kami main kejar-kejaran, aku berlari dan mereka mengejarku sambil melemparkan gumpalan-gumpalan tanah. Kau lihat kan tanah dan daun kering di tubuhku ini? Itu terjadi ketika kami bermain“

„ Tapi....itu bukan bermain...mereka hanya memanfaatkanmu dan merusakmu...itu bukan teman“
Dan untuk sedetik...aku bisa merasakan kemarahan...dan juga kesedihan dari suaranya
„ KAMI BERMAIN........KAMI BERTEMAN !!
„ Mereka datang kesini dan menghabiskan waktu bersamaku !“
Suaranya menjadi lebih perlahan
„ Setidaknya mereka tahu aku ada disini....dan aku diinginkan untuk bersama mereka menjadi permainan mereka...itu lebih baik daripada sendirian....tidak masalah apakah mereka merusakku atau tidak. Toh, aku sudah rusak, bertambah rusak pun tak mengapa“
Dan sekali lagi aku terdiam

Dia menghela nafas..atau setidaknya kupikir dia menghela napas dan turun dari kursi.
„ Langit sudah mulai gelap, kau sebaiknya pulang.Keluargamu menunggu di rumah kan?“
Aku berdiri dan berkata,“ Aku akan datang lagi ke sini’
Dia terdiam sejenak dan berkata , „ Aku tidak akan menunggu „. Dan kemudian masuk kembali ke semak-semak.

Sambil berjalan pulang aku berpikir
Dia benar,tidak semua orang dalam keluargaku dewasa. Sebagian mungkin akan menerimanya,tapi sebagian lagi mungkin akan berteriak dan mengusirnya.
Dan dia sudah kehilangan semua rasa percaya, bukan hanya pada dirinya tapi juga pada semua orang. Kata-kata indah saja tidak akan membuatnya percaya.
Ahh…mungkin lain kali aku akan datang lagi dengan beberapa teman, teman yang mau berteman dengannya. Dan kita akan membuat komunitas kecil di taman itu. Mungkin kalau dia sudah nyaman di komunitas, dia akan membuka hatinya sekali lagi. Dan mungkin dia akan mempercayai orang sekali lagi. Saat itu mungkin aku bisa membawanya ke Pembersih dan keluargaku yang lain . Dan mungkin saat itu dia akan belajar menerima kalau dirinya bukan barang rusak. Tapi yang pasti, kalau aku tidak bisa membuatnya mempercayai kata-kataku, dia tidak akan mau datang ke Pembersih, dan dia akan selalu menganggap dirinya barang rusak.

Pupu Dan Pohon Tua

Miii…miiiii…miiii…..miiirrhhhhhhh….
Suara jeritannya semakin lama semakin lemah dan serak…
Kakinya sudah mulai lemah dan matanya semakin sulit untuk terfokus…
Sudah berhari-hari dan sudah bermil-mil Pupu berjalan sambil menjerit-jerit meminta tolong...
Pupu sudah tak ingat lagi kapan terakhir kali dia merasa aman dan hangat di dekat ibunya.
Yang terakhir dia ingat adalah seekor anjing hitam besar yang mengejar ibunya dan membuat keluarganya tercerai berai.
Tentu saja keluarganya takut pada anjing,karena Pupu adalah seekor anak kucing!

Tapi dalam semilir angin Pupu mendengar suara yang berbisik memanggilnya, dan dia mengikuti suara itu.
Dan Pupu melihat sebuah lubang di bawah pohon dan dia merayap ke dalamnya...
Lubang itu kecil.....tapi hangat, dan terasa…lembut..
Dan Pupu tertidur di dalamnya

Ketika dia terbangun keesokan harinya, Pupu melihat bahwa lubang yang dia diami ada di bawah sebuah Pohon yang besar dan tua.
Pupu masih kecil dan dia belum mengerti apa-apa, tapi dia tahu kalau Pohon Tua ini yang semalam memanggilnya.
Dan Pupu kecil tahu kalau dia aman bersama Pohon Tua ini….
Dan sejak itu dia tinggal bersama Pohon Tua itu.

Pupu tidur berjemur di depan Pohon Tua..
Pupu meloncat dan bermain dengan daun-daun yang jatuh dari cabang Pohon...
Pupu tidur melingkar di bawah pohon Tua..
Pupu menyukai Pohon Tua itu, Pohon itu hangat..
Bagi Pupu,Pohon ini bukan hanya rumahnya tapi juga keluarganya...yang menjaganya bagaikan Ayah sendiri

Pupu mulai dewasa dan seperti semua kucing, dia selalu penasaran dengan semua hal.
Dan Pupu mulai menjelajah, dia memanjat Pohon Tua dan berjalan di cabang-cabangnya
Tapi cabang-cabang itu begitu banyak jumlahnya...
Pupu memilih salah satu dan berjalan sejauh mungkin di cabang itu
Tapi cabang itu begitu panjang…
Pupu mencoba memanjat setinggi mungkin..
Tapi Pohon itu begitu tinggi
Dan Pupu mulai takut….

Sejauh apapun dia berjalan,dia tidak pernah sampai ke ujung cabang..
Sejauh apapun dia berjalan,cabang itu tidak pernah habis..
Setinggi apapun dia memanjat, dia tidak pernah sampai ke puncak..

Pupu tidak pernah menyadarinya, selama ini dia hanya tahu bermain
Tapi…,Pohon Tua itu begitu besuarrrrrr…,dan tuinggiiiii….
Dan Pupu merasa takut…

Bukan rasa takut yang sama yang diingatnya ketika anjing hitam besar itu menyerang keluarganya
Pohon Tua yang menjadi rumahnya selama ini ternyata begitu besar, dan dirinya begitu mungil.
Rasa takut yang dirasakannya bukanlah rasa takut kengerian yang mencekik….
Rasa takut yang diingatnya dulu membuatnya ingin lari…
Tapi rasa takut yang sekarang membuatnya berlutut dengan penuh hormat…
Takut dan hormat akan Pohon Tua yang begitu besar...

Dan Pupu sekarang bersikap lebih hati-hati di depan Pohon Tua..
Pupu berjalan berjingkat-jingkat di depan pohon Tua..
Pupu membersihkan bulunya tiap hari
Pupu berjemur dengan sikap tubuh tegak
Tapi hatinya terasa sedih....

Pupu ingin memeluk Pohon tua…
Pupu ingin tidur di dekat Pohon Tua..
Pupu ingin bermalas-malasan dan dimanjakan Pohon Tua..
Pupu ingin kembali lagi menjadi Pupu kecil yang dulu…
Tapi,dia tidak lagi kecil…
Tapi,dia sudah melihat kebesaran Pohon Tua

Pupu kecil memandang Pohon Tua sebagai ayahnya..
Tapi Pupu yang sekarang memandang Pohon Tua sebagai sosok mulia berkuasa..
Pupu mencintai Pohon Tua, tapi juga takut dan menghormati Pohon Tua
Cintanya membuatnya rindu memeluk Pohon Tua,tapi rasa hormatnya membuatnya berlutut
Dan hatinya sedih...
Pupu ingin bersama Pohon Tua....
Tapi,dirinya begitu kecil...dan Pohon Tua begitu besar.....

Pupu ingin berdiri di sebelahnya
Dan hanya ada 1 cara!

Mi!!..Mimiiimii...miiemi....mimieemi....miii!!
( Terjemahan : Saat ini aku tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti apa-apa! Tapi,aku akan berusaha menjadi kucing yang lebih baik, aku akan belajar dan berusaha supaya diriku yang esok hari lebih baik dari yang hari ini. Sampai tiba suatu hari nanti, aku akan berdiri di sebelah Pohon Tua bukan hanya sebagai anakNYA,hambaNYA,tapi juga sahabatNYA!! )


"Karena takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan“

Jika Ia Sebuah Cinta

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak mendengar..
namun senantiasa bergetar..


Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak mendengar..
Namun senantiasa bergetar..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak menyiksa..
Namun senantiasa menguji..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak memaksa..
Namun senantiasa berusaha..


Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak cantik..
Namun senantiasa menarik..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak datang dengan kata2..
Namun senantiasa menghampiri dengan hati..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak terucap dengan kata..
Namun senantiasa hadir dgn sinar mata..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak hanya berjanji..
Namun senantiasa mencoba memenangi..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia mungkin tidak suci..
Namun senantiasa tulus..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia hadir tidak karena permintaan..
Namun senantiasa karena ketentuan..

Jika Ia sebuah cinta..
Ia tidak hadir karena kekayaan dan kebendaan..
Namun senantiasa hadir karena pengorbanan dan setia..